Sekilas Dayak Kanayatn dan Melayu Kanayatn
MELAYU ATAU DAYAK ?
Jika merujuk ke struktur dan kosa kata bahasa Kanayatn (Kandayan) yang ada di kawasan Miri, Brunei, Sabah dan sebagian Kalimantan Timur jelas sudah bahwa orang Kanayatn (Kandayan) bukanlah suku Melayu. Mereka adalah suku asli Borneo yang kini telah banyak memeluk agama Islam. Perkataan Melayu pada kata Melayu Kanayatn (Kandayan) merupakan bias dari pengaruh Islam kedalam suku kaum tersebut sehingga penyebutan istilah "Bahasa Melayu Kanayatn (Kandayan)" menjadi tercipta atau dibuat dalam kerangka politis. Walaubagaimanapun ramai orang Kanayatn (Kandayan) itu sendiri lebih senang dianggap sebagai suatu suku yang berlainan dengan Melayu walaupun mereka itu sama agama yaitu Islam.
Dalam Perlembangan Negeri Sarawak Malaysia contohnya, suku
Kedayan itu berdiri atas nama sukunya sendiri dan bukannya sebagai
Melayu Kanayatn (Kandayan) sama seperti bebearap suku Islam Sarawak yang lainnya
yang kekal menggunakan identitas mereka masing-masing seperti suku Melanau dan Melayu Kuching.
Sesungguhnya suku kaum Kanayatn (Kandayan) yang ada di Brunei itu
sendiri adalah orang Borneo asli yang beragama Islam, namun juga perlu
diketahui bahwa suku kaum Kedayan/Kandayan bukan hanya saja ada di
kawasan Brunei, Miri, Kuala Belait, Tutong, Temburong, Sabah, Kalimantan
Timur, namun penamaan Kandayan juga ada di Kabupaten Landak, Kabupaten
Bengkayang, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Sambas dan Kabupaten Kubu Raya
di Kalimantan Barat (Indonesia).
Suku kaum Kanayatn (Kandayan) di Kalbar justru
sebaliknya beragama Kristen baik Katolik ataupun Protestan. Tidak ada
perbedaan bahasa yang terlalu signifikan antara Kanayatn (Kandayan) di Brunei
dengan Kanayatn (Kandayan) di Kalimantan Barat dimana kosa kata bahasa keduanya
memiliki pertalian yang sangat erat dan hampir 99% sama. Hanya saja
uniknya adalah orang Kanayatn (Kandayan) di Kalbar mau menyebut diri sebagai orang
asli Borneo dengan sebutan Dayak. Dari segi bahasa Kanayatn (Kandayan) di brunei
dengan Kanayatn (Kandayan) di Kalbar memiliki kesamaan yang sangat tinggi hanya
saja Kanayatn (Kandayan) di Brunei lebih berafiliasi menyebut diri sebagai "Melayu Kanayatn (Kandayan)".
Hal tersebut dapat dimaklumi oleh karena pengaruh Islam yang begitu
besar pada zamannya. Sebelum Islam ada di Borneo bukankah semuanya
beragama kepercayaan dan Hindu yang dihelad oleh kerajaan Kutai semasa
itu yang artinya adalah tidak ada Islam, tidak ada Kristen dan tidak ada
sebutan Melayu atau pun Dayak.
Sebutan kedua nama "Melayu dan Dayak" sendiri adalah nama eksonem
atau nama pemberian orang luar kepada suku kaum Borneo itu sendiri,
artinya orang Borneo seharusnya tidak dipecahkan oleh dua istilah
tersebut sebab semua berasal dari puak yang sama. Perbedaan agama dan
sebutan suku yang kemudian melekat justeru menjadikan penduduk Borneo
terpecah belah.
Saya nyatakan hal ini sebab ayah saya seorang suku kaum Kanayatn (Kandayan) di
Kalimantan Barat. Ketika saya membaca kamus Kanayatn (Kandayan)-Banjar-Indonesia
terlihat jelas bahwa Suku Kaum Kanayatn (Kandayan) yang ada di Brunei memiliki
kesamaan kosa kata yang sangat tinggi hanya saja keyakinan kedua Kanayatn (Kandayan) tersebut kini berbeda yang satu Islam dan yang satu lagi Nasrani.
Inilah dasar saya mau menulis suntingan artiket tersebut bahwa Dayak Kanayatn (Kandayan) di Kalimantan Barat memiliki kesamaan yang besar dengan Kanayatn (Kandayan) di Brunei. Jadi ada benarnya juga bahwa orang Kanayatn (Kandayan) mungkin
dahulu pada suatu masa telah menguasai daratan Borneo jauh lebih dahulu
dari suku kaum lainnya sebab terlihat jelas bahwa bahasa Banjar juga
memiliki kesamaan yang besar dengan bahasa Kanayatn (Kandayan) di Kalimantan Barat
dan Brunei. Ini berarti jelas bahwa pada suatu masa Kanayatn (Kandayan) pernah
berjaya dimana-mana kawasan di pulau Borneo ini. Dia pernah ada di
Banjarmasin Kalimantan Selatan dan di Kalimantan Barat serta di sebagian
kawasan Sarawak serta Brunei.
Jika kita hendak menyatukan kembali khasanah suku kaum Kanayatn (Kandayan)
hendaklah tidak memandang kepada kepercayaan masing-masing sebab
kepercayaan atau agama boleh kita miliki dan juga boleh kita tinggalkan
namun darah suku kaum bangsa Kanayatn (Kandayan) akan mungkinkah terbuang dari
tubuh kita?
Kita semua harus dapat menerima perbedaan itu kini sebab Kanayatn (Kandayan)
boleh saja beragama Islam dan boleh saja beragama Kristian, tiada yang
melarang. Artinya apa ? artinya adalah orang Kanayatn (Kandayan) is Kanayatn (Kandayan). Ini
sangat penting sebagai penelitian bersama siapa sesungguhnya suku kaum Kanayatn (Kandayan) itu?
Di Kalimantan Barat, Dayak Kanayatn sudah sangat terkenal, baik maupun
buruk. Baiknya, kelompok suku ini dikenal sebagai adaftor yang ulung
termasuk negosiator dan tidak baik, suku ini dikenal sebagai aggressor
bagi suku-suku bangsa lainnya. Disebut adaftor, karena suku ini tinggal
disebuah kawasan “bumper”, kawasan pembatas antara pesisir yang dikenal
sebagai teritori Melayu-Islam dan kawasan pedalaman yang dikenal sebagai
teritori Dayak-Kristen. Sedangkan di sebut aggressor, karena suku ini
termasuk suku “pengembara”, yang menjelajah diseluruh bagian provinsi
ini. Selain itu, dari sejarah konflik antar etnik di Kalbar, kelompok
suku ini terlibat secara dominan dan langsung.
Menurut beberapa sumber, kelompok suku ini merupakan bagian terbesar
dari seluruh kelompok etnik Dayak di Kalimantan, dengan menyumbang
sekitar 600.000 jiwa, yang tersebar di berbagai kabupaten/kota. Informan
saya menyebutkan angka ini relative pasti, karena faktanya ada dua
kabupaten di Kalimantan Barat yang hamper 90% penduduknya di kategorikan
sebagai Dayak Kanayatn, yakni Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten
Landak. Kedua kabupaten ini, sebelum pemekaran tahun 1999 merupakan
bagian dari Kabupaten Sambas dan Kabupaten Pontianak.
Siapakah Dayak Kanayatn ?
Timbul pertanyaan, siapakah Dayak Kanayatn (Kandayan) itu ? Istilah ‘Kanayatn (Kandayan)’ dikalangan suku Dayak yang berbahasa Bakati’/Banyadu’, Bajare, Banana’, Baahe, Badamea/Badameo (Salako) masih diperdebatkan hingga hari ini. Bagi orang Bakati’, istilah Kanayatn (Kandayan) ini berasal dari nama salah satu jenis rotan untuk menjemur pakaian serta nama sebuah sungai di wilayah Ledo sekarang ini. Sedangkan pada orang Banana’, Baahe, Badamea, Bajare, istilah Kanayatn (Kandayan) diperoleh dari kata Nganayatn (persembahan kepada Jubata karena pekerjaan telah selesai).
Jika kita melihat dua versi istilah ini, maka pada orang Bakati,
istilah tersebut merujuk pada nama tempat, sedangkan pada orang Banana’,
Baahe, Bajare, Badamea merujuk pada budaya khususnya religi dan sastra
lisan. Namun, dalam sastra lisannya, semua suku, baik Bakati’/Banyadu’
maupun Banana’, Baahe, Bajare, Bampape dan Badamea masih mengarahkan
tempat persembahan kepada Jubata di sebuah tempat bernama Bukit Bawakng,
Kecamatan Lembah Bawang Kabupaten Bengkayang sekarang ini. Saya pernah
dua kali berkunjung di salah satu kampong dikawasan lembah bawang ini,
yakni kampong Jaruk Param. Di kawasan ini, semua penduduk berbahasa
Bakati’.
Jadi, wajar saja kalau klaim atas identitas Kanayatn (Kandayan) tetap terjadi, sepanjang belum ada rekonsiliasi diantara penutur bahasa-bahasa tersebut. Kesulitan menganalisis klaim identitas ini, dikarenakan tidak adanya referensi ilmiah ataupun laporan perjalanan yang ditulis para pelancong, misionaris ataupun aparatur pemerintah colonial ketika itu. Beberapa laporan yang ada, tidak ada yang secara tegas menunjukan istilah “Dayak Kanayatn”.
Istilah Dayak Kanayatn secara jelas hanya tergambar dari tulisan
Pastor Donatus Dunselman OFM.Cap tahun 1949 dengan judul “Bijdrage Tot
De Kennis Van Detaal En Adat Der Kendajan-Dajaks van West Kalimantan“.
Menarik bahwa dikemudian hari, hasil penelitian Dunselman ini diadobsi
secara menyeluruh oleh kalangan elit politik Dayak yang
mengidentifikasikan dan mengunifikasikan dirinya sebagai “Kanayatn“ pada
tahun 1980-an. Secara sistematis, sosialisasi identitas “politik” ini
mewarnai sejarah Kalbar dengan actor utama para politisi, akademisi dan
praktisi LSM.
Ada dua periode kemunculan identitas ini, yang memiliki argumentasi tersendiri. Periode pertama di wakili oleh adopsi dari hasil penelitian Pastor Donatus Dunselman diatas. Periode ini berjalan kira-kira sejak tahun 1980-an hingga tahun 2000. Periode lainnya adalah sebuah periode kritikal identitas yang ditandai dengan upaya untuk mengembalikan identitas Dayak Kanayatn kepada mereka yang paling berhak, yakni Dayak yang berbahasa ba nyadu’ dan ba kati’.
Periode pertama, saya sebut periode politik identitas. Sebagaimana disebutkan diatas, tulisan Pastor Donatus mungkin dengan cepat menyebar dikalangan misionaris Katolik diberbagai kawasan. Sosialisasi identitas baru ini menjadi lebih tersalurkan dengan dukungan dari petugas-petugas paroki, yang setiap minggu berkunjung ke kampong-kampung Dayak. Hasilnya, identifikasi sebagai Dayak Kanayatn muncul dikalangan Dayak yang sebelumnya belum begitu mengenal identitas ini.
Siapakah Melayu Kanayatn (Kandayan) ?
Suku Melayu Kanayatn (Kandayan) merujuk kepada suku Kanayatn (Kandayan) yang ada di Sarawak-Brunai-Sabah-Kalimantan Timur. Melayu Kanayatn (Kandayan) merupakan salah satu suku yang menetap di Kepulauan Borneo. Dipercayai berasal dari Brunei dan berhijrah ke Sabah, Sarawak, dan Kalimantan Timur. Di Miri Sarawak, kebanyakan suku Melayu Kanayatn (Kandayan) menetap di daerah Bekenu. Selain
itu, bangsa Kedayan juga boleh ditemui di daerah Limbang dan Lawas,
Sarawak; Sipitang dan Kuala Penyu, Sabah; dan Labuan. Bahasa yang digunakan ialah Bahasa Kanayatn (Kandayan), ("bahasa de facto" Brunei).
Sebagian suku Kanayatn (Kandayan) di Labuan bukannya orang pantai, dan
cenderung menetap di kawasan pedalaman. Manakala sebahagian yang lain
lagi menetap berhampiran pantai. Rumah-rumah di kampung dibina agak
dekat antara satu sama lain, mengikut pola kelompok, dengan taman-taman
bercabang. Kaum Kedayan-Brunei menjadi penduduk mayoritas dan memegang
kuasa politik di pulau bebas cukai itu.
Di Kalimantan Barat (Indonesia), suku yang hampir mempunyai kesamaan dalam berbagai aspek adalah Suku Melayu Ngabang dan Suku Melayu Sambas, dan suku terdekatnya Melayu Sarawak.
Suku Kanayatn (Kendayan) bukanlah suku Melayu asli, hanya menjadi Melayu Kendayan ketika Kerajaan Brunei ada dan telah memeluk agama Islam.
sumber: Suku Kedayan,
Tidak ada komentar:
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : raditmananta@gmail.com
+Twitter : @raditmananta
Tata Tertib Berkomentar di blog misterpangalayo:
1. Gunakan Gaya Tulisan yang Biasa-biasa Saja
2. Tidak Melakukan Komentar yang Sama Disetiap Postingan
3. Berkomentar Mengandung Unsur Sara Tidak di Anjurkan