Mengenal Lebih Dekat Suku Melayu Sambas
misterpangalayo.com - Suku Sambas (bahasa Sambas: Urang Sambas) adalah suku bangsa yang menempati wilayah Binua Sambas Raya (Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang dan Kota Singkawang) dan sebagian kecil Kabupaten Mempawah, Provinsi Riau Kepulauan hingga Sarawak - Malaysia. Suku Sambas masuk dalam kategori Proto Melayu (Melayu Tua), sama halnya seperti suku Dayak, suku Batak, suku Banjar, suku Berau, suku Paser, dan lainnya. Disimpulkan bahwa Suku Sambas merupakan suku asli Kalimantan yang berbudaya Melayu, sehingga penduduk setempat menyebutnya suku Melayu Sambas.
Secara liguistik Suku Sambas merupakan bagian dari rumpun Suku Dayak, khususnya dayak Melayik yang dituturkan oleh 3 suku Dayak : Dayak Meratus/Bukit (alias Banjar arkhais yang digolongkan bahasa Melayu), Dayak Iban dan Dayak Kendayan (Kanayatn). Sedangkan suku asli berbudaya Melayu yang digolongkan dalam rumpun Dayak Melayik yaitu: Banjar, Berau, Kendayan(Brunei), Senganan, Sambas. Dewasa ini, beberapa suku yang berbudaya Melayu di Borneo bergabung dalam suku Dayak adalah Kutai, Tidung dan Bulungan (keduanya rumpun Borneo Utara) serta Paser (rumpun Barito Raya).
Secara administratif, Suku Sambas merupakan suku baru yang muncul dalam sensus tahun 2000 dan merupakan 12% dari penduduk Kalimantan Barat, sebelumnya suku Sambas tergabung ke dalam suku Melayu pada sensus 1930, meningkatnya status dari sebuah dialek menjadi bahasa kesukuan yaitu Bahasa Suku Sambas.
Tentang perubahan dialek bahasa ini, kemungkinan disebabkan oleh adaptasi terhadap lingkungan yang selalu berubah. Bennett (1976;247) melihat bahwa adaptasi merupakan perilaku responsive manusia terhadap perubahan-perubahan lingkungannya yang memungkinkan mereka dapat menata system-sistem tertentu bagi tindakan atau tingkah lakunya agar dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi yang ada. Perilaku tersebut berkaitan dengan kebutuhan hidup, setelah sebelumnya melewati keadaan-keadaan tertentu dan kemudian membangun suatu strategi serta keputusan tertentu untuk menghadapi keadaan-keadaan selanjutnya. Dengan demikian, adaptasi merupakan suatu strategi yang digunakan oleh manusia dalam masa hidupnya untuk mengantisipasi perubahan lingkungan, baik fisik maupun sosial (Alland, Jr, 1975; Alland, Jr dan McCay, 1973; Moran, 1982, 1983).
Pada awalnya Sambas bukanlah nama suku, akan tetapi nama tempat/wilayah dan nama Kerajaan yang berada tepat di pertemuan 3 sungai yaitu sungai Sambas Kecil, sungai Subah dan sungai Teberau yang lebih dikenal dengan Muara Ulakan. Seluruh masyarakat asli Kalimantan sendiri sebenarnya adalah Serumpun, Antara Ngaju, Maanyan, Iban, Kenyah, Kayatn, Kutai ( Lawangan - Tonyoi - Benuaq ), Banjar ( Ngaju, Iban , maanyan, dll ), Tidung, Paser, dan lainnya. Hanya saja Permasalahan Politik Penguasa dan Agama menjadi jurang pemisah antara keluarga besar ini.
Ketika banyak orang-orang Dayak di Kalimantan Barat yang menerima kepercayaan baru (Islam), mereka mulai meninggalkan beberapa adat dan kebiasaan, akibat terdesaknya dengan kepercayaan dan budaya baru (Melayu) orang-orang Dayak menyingkir ke arah hulu. Kebudayaan Melayu yang dianggap lebih "beradab", membantu menghilangkan budaya Dayak pada Suku Sambas dengan cepat. Sehingga Sambas yang dahulunya beragama Hindu Kaharingan kehilangan jejak Kaharingan, walaupun sebagian kecil ada yang tersisa. Akibatnya orang lebih yakin Sambas adalah Melayu, padahal tidaklah demikian. Tentu saja segala hal dalam adat lawas dianggap syirik (bertentangan dengan agama) jadi harus dimusnahkan dan ditinggalkan. Pendatang yang menyiarkan kepercayaan baru (Islam) kemudian berasimilasi dengan orang-orang Dayak yang kemudian mengalami proses Amalgamasi atau penghilangan / penggantian budaya asli dengan budaya baru yang dianggap lebih tinggi atau maju.
Sulitnya data semakin mempersulit para peneliti untuk mencari jejak asal muasal Suku Sambas. Membuat hasil penelitian terlihat ambigu bahkan samar. Peneliti seringkali mengklasifikasikan berdasarkan bahasa, sedangkan menurut orang Kutai dan Tunjung-Benuaq mengenal tradisi lisan yang mengklasifikasikan golongan berdasarkan budaya dan sejarah budayanya serta geneologi. Oleh karena itulah Suku Sambas diklasifikasikan ke dalam suku Dayak berbudaya Melayu.
Dewasa ini, masih sering terjadi perdebatan tentang identitas suku Sambas baik dari kalangan Dayak maupun di lingkungan Binua Sambas sendiri. Sebagian meyakini Sambas adalah Dayak yang terislamkan kemudian menyerap budaya Melayu, dan sebagian beranggapan bahwa Suku Sambas adalah Melayu Asli yang datang dari Sumatera dan Melaka.
Untuk membahas ini tentu kita harus melihat dari sisi linguistik dan kepercayaan masyarakat Sambas sebelum kedatangan agama Islam dan Kristen di Pulau Kalimantan karena dua hal ini yang akan lambat mengalami perubahan ketimbang kebiasaan dan budaya.
Jika menilik kebelakang Sambas pra Islam maka dapat kita tarik dari dua sisi, Pertama; Sambas dari sisi Budaya dan Kedua Sambas dari sisi Bahasa. Kita akan lihat dari sisi pertama yakni sisi Bahasa. Suku Sambas dari sisi bahasa merupakan rumpun terdekat dari Bahasa Old Kendayan/Kanayatn(Salako/Baahe). Sangat banyak kosa kata yang sama antara kedua bahasa tersebut. Bahasa Sambas memiliki dialek tersendiri setelah turun temurun beradaptasi dengan lingkungan dan peradaban. Sebelum menjadi Melayu tentu Sambas pra Melayu adalah juga Dayak atau turunan dari Dayak. Hal itu tidak mungkin dimungkiri sebab secara wilayah pun Sambas berada sangat dekat dengan wilayah Dayak Kanayatn (Selako) atau Dayak berbahasa Baahe dan Bangape bahkan wilayah tersebut tanpa batas sungai atau laut. Hal itu memungkinkan terjadinya perubahan bahasa setelah orang Sambas yang sejatinya Dayak beragama Hindu awal berubah menjadi Dayak Islam dan menciptakan budaya baru dan dialeg bahasa baru dengan tidak meninggalkan akar kosa katanya.
Kedua dari sisi Budaya. Suku Sambas sejatinya pra Islam tentu berbudaya Dayak, hal itu dapat dilihat dari silsilah keturunannya, hak kepemilikan atas hutan, tanah dan adat istiadat. Sambas pra Islam memiliki budaya perladangan dan pertanian dengan peralatan pertanian dan gaya hidup budaya yang sama bahkan setelah memeluk Islampun budaya perladangan dan pertaniannyapun tidak berubah, bahkan peralatan pertaniannya serta gaya budayanyapun sama. Artinya Suku Sambas berasal dan berawal dari satu rumpun yang sama sebagai orang Dayak Kalimantan yang pada periode tertentu telah memeluk agama Islam dan mendirikan suatu pemerintahan berbentuk kerajaan yang kemudian disebut sebagai Kerajaan Sambas.
Sejak awal di Kalimantan memang tidak ada Melayu, yang ada adalah Dayak-Islam. Adanya Melayu dimaksudkan untuk membedakan keyakinan agama saja antara Dayak yang Islam dan Dayak yang Kristen. Dayak Islam lebih cenderung menyebut dirinya Melayu sementara bagi orang Dayak mereka tetap disebut Dayak dengan sebutan bukan Melayu tetapi " urang laut", "senganan", "sinan" dan sebutan Dayak yang telah mengubah agama dan budayanya menjadi Islam. Orang Dayak tidak mengenal Melayu kepada mereka yang menyebut dirinya Melayu tetapi "Senganan", "Laut", "Sinan" dsb.
Bahasa Sambas
|
Bahasa Dayak Kanayatn
|
Bahasa Melayu Standar
|
Aku
|
Aku
|
Saya
|
Kau
|
Kao
|
Kamu
|
Aik
|
Aek
|
Air
|
Aok / Auk
|
Aok/Auk
|
Iya
|
Ndak / Da’an
|
Nana'
|
Tidak/Tak
|
Ume
|
Uma
|
Sawah
|
Ngape
|
Ngahe
|
Kenapa
|
Marek
|
Marek
|
Memberi
|
Amper
|
Amper
|
Hampir
|
Awak
|
Awak
|
Bisu
|
Belale'
|
Balale'
|
Gotong Royong
|
Bejalan
|
Bajalatn
|
Berjalan
|
Bediri
|
Badiri
|
Berdiri
|
Bepikir
|
Bapikir
|
Berpikir
|
Urang
|
Urakng
|
Orang
|
Parut
|
Parut
|
Perut
|
Beranang
|
Baranang
|
Berenang
|
Benapas
|
Banapas
|
Bernapas
|
Se Ari
|
Sa' Ari
|
Sehari
|
Guring
|
Guring
|
Baring
|
Mali
|
Mali
|
Membeli
|
Idong
|
Idukng
|
Hidung
|
Keraje
|
Karaja
|
Kerja
|
Sute'
|
Sete'
|
Satu
|
Banar
|
Banar
|
Benar
|
Ngodak
|
Ngodak
|
Mengaduk
|
Berapi
|
Barapi
|
Menanak Nasi
|
Unto'
|
Onto'
|
Untuk
|
Labeh
|
Labih
|
Lebih
|
Kanalan
|
Kanalan
|
Kenalan
|
Dangau/Dango
|
Dango
|
Dangau
|
Tampat
|
Tampat
|
Tempat
|
Benua/Binua
|
Binua
|
Wilayah
|
Manyak
|
Manyak
|
Banyak
|
Dolo'
|
Dolo'
|
Dahulu
|
Mihare/Miare
|
Mihara
|
Pelihara
|
Agi'/Age'
|
Agi'
|
Lagi
|
Dangar
|
Dangar
|
Dengar
|
Ammas
|
Amas
|
Emas
|
Kampong
|
Kampokng
|
Desa
|
Bekelok-kelok
|
Bakelok-kelok
|
Berliku-liku
|
Saro'/Saru'
|
Saru'
|
Panggil
|
Besaroh
|
Basaroh
|
Berkunjung
|
Ceramin
|
Curamin
|
Cermin
|
Barang
|
Barang
|
Karna
|
Ayam/Manok
|
Manok
|
Ayam
|
Tikajut
|
Takajut
|
Kaget
|
Terase
|
Tarasa
|
Terasa
|
Tidak ada komentar:
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : raditmananta@gmail.com
+Twitter : @raditmananta
Tata Tertib Berkomentar di blog misterpangalayo:
1. Gunakan Gaya Tulisan yang Biasa-biasa Saja
2. Tidak Melakukan Komentar yang Sama Disetiap Postingan
3. Berkomentar Mengandung Unsur Sara Tidak di Anjurkan