CERITA RAKYAT SAMBAS: Legenda Perigi Piai Sambas
misterpangalayo.com - Cerita rakyat dalam kajian ilmu folklore dijelaskan oleh William R. Bascom (dalam Danandjaja, 1984) dibagi menjadi 3 golongan besar yakni mitos, legenda, dan dongeng. Cerita rakyat berkembang di tengah masyarakat sebagai warisan turun temurun dari suatu generasi ke generasi selanjutnya. Cerita rakyat bukan hanya apa yang telah terjadi pada masa terdahulu, namun apa yang terjadi hari ini dan dianggap sebagai suatu hal yang memiliki nilai, akan menjadi sebuah cerita rakyat yang mendidik untuk terus diceritakan kepada generasi setelah generasi hari ini.
Ini cerita singkat tentang Legenda Perigi Piai, yang diceritakan oleh Bapak Sa’ad Muhksin:
Pada zaman dahulu yang disebut Perigi Piai adalah suatu area pemisah antara Desa Rambayan dengan Desa Tekarang. Lokasinya tepat berada di bantaran sungai Sambas dan berseberangan dengan kuala Tebas. Disana terdapat sebuah parit kecil yang disebut Perigi Piai.
Menurut sumber dari masyarakat setempat, daerah Perigi Piai dahulu mempunyai hutan yang sangat lebat dengan pepohonan kayu yang besar-besar dan daratannya terdapat jenis rumput yang dinamakan “Piai”. Itulah sebabnya mengapa orang bilang daerah tersebut dengan sebutan Perigi Piai.
Menurut cerita orang dahulu Perigi Piai satu-satunya banyak menyimpan misteri yang sangat angker dan di hutannya banyak binatang-binatang yang merayap, seperti ular, biawak, buaya, dan sebagainya. Daerahnya yang masih belum tersentuh dengan perkembangan teknologi sehingga daerahnya sangat asri dan natural tanpa ada aktivitas yang merusak hutan tersebut.
Pada suatu ketika ada seorang nelayan yang mau menetap di tanjung tersebut (daerah perigi piai sekarang), mata pencahariannya adalah mencari kepiting dan udang galah, hasilnya dijual ke Pasar Tebas. Merasa kurang ramai, dia lalu mengajak 3 orang saudaranya untuk menetap bersama di daerah tersebut dan mencari kepiting dan udang galah mereka lakukan bersama sebagai mata pencahariannya sehari-hari.
Sembari Udang dan Kepiting tidak ada, mereka bertiga lalu menebang pohon-pohon dan membakar kayu-kayu yang besar untuk dijadikan ladang padi. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan mereka semakin giat dan gigih dalam mencari nafkah. Pepohonan disekitarnya terus di tebang dan di bakar sehingga daerah sekitarnya menjadi lapang dan luas.
Dewasa sekarang, Perigi Piai sangat penting peranannya sebagai urat nadi warga tekarang dan sekitarnya. Jalan satu-satunya yang menghubungkan antara Kecamatan Tebas dengan Kecamatan Tekarang dan sekitarnya. Tepat di bantaran sungai Sambas, dermaga Perigi Piai juga berperan penting dalam menghubungkan Kecamatan Tebas dan Tekarang (menghubungkan antara wilayah sambas pesisir dengan sambas Utara ) dan banyak lagi perahu-perahu ojek yang ikut memberikan pelayanan jasa penyebrangan. Di bantaran Sungai Sambas Besar juga banyak berderet kedai-kedai kopi dan sangat cocok untuk melepas penat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan atau bahkan sembari menunggu ferry atau perahu-perahu ojek.
Tanjung Perigi Piai yang indah dan damai Engkaulah yang menjadi tumpuan penyeberangan abadi sejahtera. Masyarakat mendoakanmu semoga kekal sampai ke anak cucu dan terus maju.
Menurut sumber dari masyarakat setempat, daerah Perigi Piai dahulu mempunyai hutan yang sangat lebat dengan pepohonan kayu yang besar-besar dan daratannya terdapat jenis rumput yang dinamakan “Piai”. Itulah sebabnya mengapa orang bilang daerah tersebut dengan sebutan Perigi Piai.
Menurut cerita orang dahulu Perigi Piai satu-satunya banyak menyimpan misteri yang sangat angker dan di hutannya banyak binatang-binatang yang merayap, seperti ular, biawak, buaya, dan sebagainya. Daerahnya yang masih belum tersentuh dengan perkembangan teknologi sehingga daerahnya sangat asri dan natural tanpa ada aktivitas yang merusak hutan tersebut.
Pada suatu ketika ada seorang nelayan yang mau menetap di tanjung tersebut (daerah perigi piai sekarang), mata pencahariannya adalah mencari kepiting dan udang galah, hasilnya dijual ke Pasar Tebas. Merasa kurang ramai, dia lalu mengajak 3 orang saudaranya untuk menetap bersama di daerah tersebut dan mencari kepiting dan udang galah mereka lakukan bersama sebagai mata pencahariannya sehari-hari.
Sembari Udang dan Kepiting tidak ada, mereka bertiga lalu menebang pohon-pohon dan membakar kayu-kayu yang besar untuk dijadikan ladang padi. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan mereka semakin giat dan gigih dalam mencari nafkah. Pepohonan disekitarnya terus di tebang dan di bakar sehingga daerah sekitarnya menjadi lapang dan luas.
Dewasa sekarang, Perigi Piai sangat penting peranannya sebagai urat nadi warga tekarang dan sekitarnya. Jalan satu-satunya yang menghubungkan antara Kecamatan Tebas dengan Kecamatan Tekarang dan sekitarnya. Tepat di bantaran sungai Sambas, dermaga Perigi Piai juga berperan penting dalam menghubungkan Kecamatan Tebas dan Tekarang (menghubungkan antara wilayah sambas pesisir dengan sambas Utara ) dan banyak lagi perahu-perahu ojek yang ikut memberikan pelayanan jasa penyebrangan. Di bantaran Sungai Sambas Besar juga banyak berderet kedai-kedai kopi dan sangat cocok untuk melepas penat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan atau bahkan sembari menunggu ferry atau perahu-perahu ojek.
Tanjung Perigi Piai yang indah dan damai Engkaulah yang menjadi tumpuan penyeberangan abadi sejahtera. Masyarakat mendoakanmu semoga kekal sampai ke anak cucu dan terus maju.
izin kopas bro
BalasHapusJangan lupa sumbernya di cantumkan 🍒🍒
HapusBapak sa'ad muhksin yg cerita ini tinggal di smp 1 Tekarang ya
BalasHapus