Wisata Malam: Bersantai Di Monumen Serangan Umum 1 Maret Yogyakarta
JEJAK RADIT - Monumen Serangan Umum 1 Maret,
Bersantai atau saat tidak ada kegiatan adalah moment yang sangat
ditunggu-tunggu oleh semua orang termasuk aku sendiri. Apalagi bagiku
untuk bersantai ditempat yang sangat mempunyai daya tarik tersendiri
membuatku sangat menikmati apa yang namanya menikmati santai.
Moment akhir pekan atau moment liburan dengan bersantai
di tempat wisata tentu menjadi pilihan pertama dan utama agar besok
Senin atau hari apa saja itu dapat segar kembali menyambut pekerjaan atau rutinitas sebelumnya.
Masih
dalam suasana jalan-jalan di Provinsi DI. Yogyakarta, kali ini
menikmati malam di tempat yang mempunyai history dan nilai sejarahnya
bagi bangsa Indonesia yaitu berada di kawasan Monumen Serangan Umum 1
Maret yang tepat berada satu kompleks dengan Benteng Vredeburg tepatnya
di depan Kantor Pos Besar DIY.
Kawasan
ini juga termasuk dalam area Taman Kota Perempatan Kantor Pos Besar
Jogjakarta atau biasa disebut
dengan titik nol kilometer. Kawasan ini mungkin bisa menjadi pilihan
yang tepat untuk menikmati santai bersama teman-teman, keluarga, dan
orang-orang terdekat.
Begitu
banyak sarana dan prasarana yang disuguhkan di kawasan ini, dan hanya
tinggal duduk manis sambil mnenikmati hiruk pikuk rutinitas di kawasan
ini. Ada banyak gedung tua yang masih berdiri kokoh
disini. Mulai dari Kantor Bank Indonesia, Kantor Pos Besar, Gedung
Agung atau Gedung Negara, Benteng Vredeburg dan tentu saja Monumen
Serangan Umum 1 Maret dapat nikmati hanya dengan memutar badan saat
duduk-duduk di taman kota.
Sebelum
aku lanjut bercerita, aku ingin mengulas kembali tentang Monumen
Serangan Umum 1 Maret, mungkin banyak yang sudah tahu, tapi tidak
menutup kemungkinan jikalau ada yang tidak tahu sejarah monumen ini.
Serangan Umum 1 Maret 1949
adalah serangan yang dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 1949 terhadap
kota Yogyakarta
secara besar-besaran yang direncanakan dan dipersiapkan oleh jajaran
tertinggi militer di wilayah Divisi III/GM III dengan mengikutsertakan
beberapa pucuk pimpinan pemerintah sipil setempat berdasarkan instruksi
dari Panglima Besar Sudirman,
untuk membuktikan kepada dunia internasional bahwa TNI - berarti juga
Republik Indonesia - masih ada dan cukup kuat, sehingga dengan demikian
dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang
berlangsung di Dewan Keamanan PBB dengan tujuan utama untuk mematahkan
moral pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia internasional bahwa
Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih mempunyai kekuatan untuk
mengadakan perlawanan. Soeharto pada waktu itu sebagai komandan brigade
X/Wehrkreis III turut serta sebagai pelaksana lapangan di wilayah
Yogyakarta.
Sri
Sultan Hamengkubuwono IX menganggap saat itu Indonesia harus
membuktikan kepada dunia luar bahwa walaupun para pemimpin negara
Indonesia saat itu ditawan oleh Belanda, bukan berarti pemerintahan
Indonesia telah lumpuh. Tapi sebaliknya pemerintah Indonesia masih ada
dan TNI masih kuat sehingga dapat mendukung perjuangan RI di sidang
Dewan Keamanan PBB yang dilaksanakan pada bulan Maret 1949. Dengan
demikian ada beberapa hal yang ingin dicapai dengan adanya serangan ini
yaitu selain tujuan militer, juga ada tujuan politis dan tujuan
psikologis.
Itulah
sekilas ulasan tentang Serangan Umum 1 Maret, aku akan lanjut bercerita
lagi. Hingga saat ini Monumen Serangan Umum 1 Maret ini merupakan
salah satu landmark dan cagar budaya Provinsi DI. Yogyakarta sebagai
saksi bisu perjalanan bangsa Indonesia pada masa perjuangan. Pada
saat-saat tertentu terutama pada waktu hari besar Nasional
misalnya hari Kemerdekaan atau hari Pahlawan, monumen ini sering
digunakan sebagai tempat acara untuk memperingati hari besar tersebut.
Pada
malam hari, monumen ini dijadikan masyarakat disana untuk tempat
bersantai yang sangat romantis dengan perpaduan taman kota yang indah,
bangunan-bangunan peninggalan Belanda, dan lampu yang beragam mulai dari
remang-remang hingga varian warna.
aku dan teman-temanku (nol kilometer) |
Berbagai
aktivitas mereka di kawasan ini membuat panorama Monumen ini semakin
tegas untuk direnungkan dan tempat ini sangat cocok sekali untuk
dijadikan tempat bersantai ria. Jadi, dalam satu putaran badan saja,
anda akan dapat melihat banyak
bangunan bersejarah yang menjadi simbol dan ikon kota Jogjakarta. Hal
ini karena perempatan titik nol kilometer ini berada disepanjang Jalan
Malioboro yang selalu ramai dipadati pengunjung dan juga Pasar
Beringharjo yang menjual berbagai produk khas Jogjakarta. Jika anda
sedang menghindari matahari, anda pun bisa datang kesana disore atau
malam hari. Suasananya pun semakin meriah dan anda dapat merilekskan
pikiran sejenak sambil mencicipi semangkok wedang ronde, minuman
tradisional yang banyak dijual di malam hari.
Tidak ada komentar:
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : raditmananta@gmail.com
+Twitter : @raditmananta
Tata Tertib Berkomentar di blog misterpangalayo:
1. Gunakan Gaya Tulisan yang Biasa-biasa Saja
2. Tidak Melakukan Komentar yang Sama Disetiap Postingan
3. Berkomentar Mengandung Unsur Sara Tidak di Anjurkan