WISATA MALAM: Eksotika Monumen 11 Digulist di Malam Hari
JEJAK RADIT, MONUMEN 11 DIGULIST - Hampir semua masyarakat Kota Pontianak pasti sudah tidak asing dengan keberadaan Monumen 11 Digulist atau nama lainnya Tugu Digulist / Bundaran Bambu Runcing dan hampir kebanyakan orang menamakannya dengan Bundaran Untan karena terletak di Bundaran Universitas Tanjungpura, Jalan Jend. Ahmad Yani, Kelurahan Bansir Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara, Kota Pontianak.
Apa yang terpikirkan dalam benak Anda apabila mendengar kata Bundaran Untan ? Bundaran Bambu Runcing ? Tugu Digulist ? Monumen 11 Digulist ? Car Free Day ? atau bahkan Air Mancurnya ?
Bundaran Untan / Monumen 11 Digulist adalah salah satu ikon Kota Pontianak yang berbentuk sebelas tonggak menyerupai bambu runcing
yang berwarna kuning polos. Pada tahun 1995, monumen ini dicat ulang
dengan warna merah-putih. Penggunaan warna merah-putih ini menjadikan
sebagian warga menganggap monumen ini lebih mirip lipstik
daripada bambu runcing. Kemudian, pada tahun 2006 dilakukan renovasi
pada monumen ini sehingga berbentuk lebih mirip bambu runcing seperti
penampakan saat ini.
Di tengah kesibukan yang padat, Bundaran Untan bisa menjadi alternatif pada malam hari untuk bersantai bersama teman-teman untuk melepas segala kepenatan yang ada atau bahkan tempat untuk mencari inspirasi.
Baca juga : PONTIANAK KOTA BERSINAR: Sepercik Harapan dari Bumi Khatulistiwa
Di tengah kesibukan yang padat, Bundaran Untan bisa menjadi alternatif pada malam hari untuk bersantai bersama teman-teman untuk melepas segala kepenatan yang ada atau bahkan tempat untuk mencari inspirasi.
“ I'll never be alone, be alone ... Cause you are in my soul… “ sepenggal lirik lagu deepside deejays yang
mengalun dari mp3ku yang ada di sudut kamar, bener-benar menambah indah dan
syahdunya malam minggu. Tak lama kemudian ku ambil tripod dan kameraku, di pikir-pikir daripada bingung sendiri malam minggu. Aku dan temn-temanku berencana bersama teman-teman untuk bersantai ria di Bundaran Untan. Setelah persiapan selesai, kami sepakat untuk langsung berkumpul di lokasi.
Sesampai di lokasi, kami pun bersantai ria sambil memotret objek-objek disekitar Bundaran Untan, Tidak hanya itu, aku pun menikmati suara gemercikan air yang beradu dengan suaranya bisingnya kendaraan yang berlalu lalang. Disamping itu juga, kita bisa menikmati keindahan gemerlapan kota dari lampu-lampu gedung atau mobil yang berlalu lalang.
Pada malam hari, sisi lain Bundaran Untan pada malam hari tempat berkumpulnya berbagai komunitas yang ada di Kota Pontianak, jadi kawasan Bundaran Untan tidak pernah sepi dan selalu ramai dengan beragam latar belakang.
Tidak banyak yang tahu sejarah tentanng Monumen 11 Digulist, disini aku akan sedikit berbagi informasi tentang sejarah Monumen 11 Digulist.
Monumen ini didirikan sebagai peringatan atas perjuangan sebelas tokoh Sarekat Islam di Kalimantan Barat, yang dibuang ke Boven Digoel,
Irian Barat karena khawatir pergerakan mereka akan memicu pemberontakan
terhadap pemerintah Hindia Belanda di Kalimantan. Tiga dari sebelas
tokoh tersebut meninggal pada saat pembuangan di Boven Digoel dan lima
di antaranya wafat dalam Peristiwa Mandor.
Nama-nama kesebelas tokoh tersebut kini diabadikan juga sebagai nama
jalan di Kota Pontianak. Kesebelas pejuang itu antara lain:
- Achmad Marzuki, asal Pontianak, meninggal karena sakit dan dimakamkan di makam keluarga;
- Achmad Su'ud bin Bilal Achmad, asal Ngabang, wafat dalam Peristiwa Mandor;
- Gusti Djohan Idrus, asal Ngabang, wafat dalam pembuangan di Boven Digoel;
- Gusti Hamzah, asal Ketapang, wafat dalam Peristiwa Mandor;
- Gusti Moehammad Situt Machmud, asal gabang, wafat dalam Peristiwa Mandor;
- Gusti Soeloeng Lelanang, asal Ngabang, wafat dalam Peristiwa Mandor;
- Jeranding Sari Sawang Amasundin alias Jeranding Abdurrahman, asal Melapi, Kapuas Hulu, meninggal karena sakit di Putussibau.
- Haji Rais bin H. Abdurahman, asal Ngabang, wafat dalam Peristiwa Mandor;
- Moehammad Hambal alias Bung Tambal, asal Ngabang, wafat dalam pembuangan di Boven Digoel;
- Moehammad Sohor, asal Ngabang, wafat dalam pembuangan di Boven Digoel; dan
- Ya' Moehammad Sabran, asal Ngabang, meninggal karena sakit.
Itulah sejarah singkat tentang Monumen 11 Digulist Pontianak, Kalimantan Barat. Dan kawasan Monumen Tugu Digulist adalah alternatif wisata malam tanpa mengeluarkan budget sepeser pun.
Tidak ada komentar:
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : raditmananta@gmail.com
+Twitter : @raditmananta
Tata Tertib Berkomentar di blog misterpangalayo:
1. Gunakan Gaya Tulisan yang Biasa-biasa Saja
2. Tidak Melakukan Komentar yang Sama Disetiap Postingan
3. Berkomentar Mengandung Unsur Sara Tidak di Anjurkan