CERITA RAKYAT SAMBAS: KISAH 'MAK KASSUM' DALAM SEJARAH BUBUR PEDAS
misterpangalayo.com - Negeri Sambas kaya akan peninggalan budaya yang diwariskan oleh leluhurnya, mulai dari adat istiadat, bangunan sejarah, rumah lanting, pakaian adat, hingga peninggalan kuliner khasnya yang masih bisa ditemukan hingga sekarang. Kita sebagai generasi muda yang berpendidikan harusnya menghargai dan melestarikan dengan penuh rasa bangga. Salah satu kuliner Sambas yang terkenal adalah Bubur Pedas, sekaligus menjadi makanan khas Kalimantan Barat.
Salah satu bahan dasar dalam pembuatan Bubur Pedas Sambas adalah Daun Kesum. Daun Kesum (daun laksa) adalah sejenis tumbuhan yang banyak terdapat di ASEAN. Nama saintifiknya Persicaria odorata. Terdapat bagian pokok Daun Kesum yang boleh diambil untuk dijadikan makanan. Daun Kesum sering diambil dan dijadikan bahan masakan yang sungguh menyelerakan.
Masyarakat Singapura dan Malaysia biasanya menggunakan daun ini sebagai salah satu bumbu wajib masakan laksa. Aroma harum dan cita rasa pedas daun kesum sangat khas dan dapat mengurangi aroma amis pada olahan ikan, ayam atau daging. Tak terkecuali oleh masyarakat Melayu Sambas. Daun kesum merupakan bahan wajib untuk membuat Bubur Pedas yang membuat bubur ini menjadi sangat lezat dan berbeda dengan masakan lainnya. Penggunaan daun kesum untuk bubur pedas diiris tipis bersamaan dengan daun kunyit sehingga masakan bertambah harum dan sedap.
KISAH 'MAK KASSUM' DALAM SEJARAH BUBUR PEDAS
Tujuan saya dalam penulisan artikel ini hanyalah sederhana, berbagi informasi seputar Negeri Sambas. Kali ini saya mau review sebuah cerita rakyat Sambas "Asal Usul Daun Kesum Dalam Sejarah Bubur Pedas". Cerita ini saya kutip dari situs mabmonline.org yang di tulis oleh Sabhan Rasyid.
Inilah cerita singkatnya:
Pada zaman dahulu hiduplah seorang raja yang sangat kaya memimpin sebuah kerajaan di Negeri Sambas. Sang Raja memiliki banyak pengawal dan pembantu di istana kerajaannya. Suatu hari, Sang Raja jatuh sakit dan harus terbaring di kamarnya. Nafsu makan Sang Raja dengan seketika menurun bahkan menghilang.
Semua penduduk istana sangat mengkhawatirkan kesehatan Sang Raja karena tidak memiliki nafsu makan. Suatu hari, Sang Raja memerintahkan seorang pembantu yang bertugas sebagai juru masak kerajaan untuk membuat makanan untuk dirinya.
Pembantu tersebut meracik beras dan sayur-mayur untuk dijadikan makanan dan obat untuk raja. Selesai mengolah semua bahan makanan, pembantu tersebut dengan segera menyerahkan hasil masakannya kepada raja. Tak disangka, raja dengan lahap menyantap racikan makanan dari sang pembantu.
Selesai menghabiskan makanan, Sang Raja menyuruh pengawalnya untuk memanggil pembatu yang telah berhasil membuatkan makanan yang sangat enak untuk raja. Pembantu tersebut kemudian menghadap raja. “Ada apa gerangan raja memanggil saya?” tanya pembantu tersebut.
Raja kemudian menanyakan kepada pembantu tersebut tentang sebuah daun yang dirasakan raja sangat khas dan enak saat menyantap masakannya. “Daun apakah yang kau gunakan dalam masakan itu sehingga masakan tersebut bisa mengembalikan nafsu makanku?” tanya raja. Hamba menemukan tanaman tersebut di pekarangan istana ini, tetapi hamba tidak mengetahui apa nama tanaman tersebut,” jawab pembantu.
Kemudian, raja menanyakan nama pembantunya tersebut. “Siapa namamu wahai pembantu?” tanya raja. Nama hamba Kasum, biasa orang-orang memanggil hamba dengan Mak Kasum,” jelas pembantu. Mendengar jawaban tersebut, sang raja kemudian memberi nama daun khas tersebut dengan daun kasum sesuai dengan nama “Mak Kasum”— seorang pembantu raja yang telah menggunakan daun ini sebagai bahan makanan untuknya.
Semua penduduk istana sangat mengkhawatirkan kesehatan Sang Raja karena tidak memiliki nafsu makan. Suatu hari, Sang Raja memerintahkan seorang pembantu yang bertugas sebagai juru masak kerajaan untuk membuat makanan untuk dirinya.
Pembantu tersebut meracik beras dan sayur-mayur untuk dijadikan makanan dan obat untuk raja. Selesai mengolah semua bahan makanan, pembantu tersebut dengan segera menyerahkan hasil masakannya kepada raja. Tak disangka, raja dengan lahap menyantap racikan makanan dari sang pembantu.
Selesai menghabiskan makanan, Sang Raja menyuruh pengawalnya untuk memanggil pembatu yang telah berhasil membuatkan makanan yang sangat enak untuk raja. Pembantu tersebut kemudian menghadap raja. “Ada apa gerangan raja memanggil saya?” tanya pembantu tersebut.
Raja kemudian menanyakan kepada pembantu tersebut tentang sebuah daun yang dirasakan raja sangat khas dan enak saat menyantap masakannya. “Daun apakah yang kau gunakan dalam masakan itu sehingga masakan tersebut bisa mengembalikan nafsu makanku?” tanya raja. Hamba menemukan tanaman tersebut di pekarangan istana ini, tetapi hamba tidak mengetahui apa nama tanaman tersebut,” jawab pembantu.
Kemudian, raja menanyakan nama pembantunya tersebut. “Siapa namamu wahai pembantu?” tanya raja. Nama hamba Kasum, biasa orang-orang memanggil hamba dengan Mak Kasum,” jelas pembantu. Mendengar jawaban tersebut, sang raja kemudian memberi nama daun khas tersebut dengan daun kasum sesuai dengan nama “Mak Kasum”— seorang pembantu raja yang telah menggunakan daun ini sebagai bahan makanan untuknya.
Ini merupakan cerita rakyat yang bersifat anoni (pengarangnya tidak dikenal), tujuannya adalah mempertahankan budaya lisan masyarakat Sambas yang berkembang dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap etnis yang memiliki kultur budaya beraneka ragam.Cerita ini mengisahkan tentang suatu kejadian di bumi Sambas tentang hubungan Mak Kassum dengan Bubur Pedas.
Namun, cerita-cerita seperti ini dapat saya bagi kepada pembaca merupakan kepuasan sendiri bagi saya. Bagi kita semua mungkin dapat menceritakan cerita-cerita seperti ini kepada anak cucu kita kelak sehingga mereka dapat menerima informasi yang kaya tentang kebudayaan mereka.
nice
BalasHapus