CERITA RAKYAT SAMBAS: Legenda Bukit Mas
misterpangalayo.com - Menurut Buku Sari Kata Bahasa Indonesia, Legenda merupakan cerita rakyat pada zaman dahulu yang berkaitan dengan sebuah peristiwa dan asal usul terjadinya suatu tempat. Contohnya: Bujang Nadi & Dare Nandung, Batu Menangis, dan Legenda Batu Ballah.
Legenda (Latin legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang enpunya cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang mengandung sifat-sifat folklor.
Kali ini saya akan menceritakan sebuah Cerita Rakyat Sambas yang berasal dari wilayah Kecamatan Sebawi, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Cerita rakyat ini pernah digali dan diceritakan kembali oleh H.M. Amin, HB dan diedit sedemikian rupa tanpa merubah alur ceritanya.
Danau Sebedang Merupakan Danau buatan bekas penambangan orang-orang Cina pada jaman dahulu terletak di Kecamatan Sebawi, Kabupaten Sambas. |
Inilah cerita singkatnya
Pada abad ke-7 Masehi, hubungan Tiongkok dengan Kalimantan Barat sudah lama terjalin, tetapi belum menetap. Imigran dari Dataran Tiongok kemudian masuk ke Kerajaan Sambas dan terorganisir dalam kongsi sosial politik yang berpusat di Monterado dan Bodok.
Tahun 1745 M, bangsa Cina didatangkan besar-besaran oleh Sultan Sambas untuk kepentingan perkongsian. Sultan Sambas menggunakan tenaga-tenaga orang Tiongkok sebagai wajib rodi dan dipekerjakan di tambang-tambang emas. Kedatangan mereka di wilayah Kerajaan Sambas membentuk kongsi Tai Kong (Parit Besar) dan Samto Kiaw (Tiga Jembatan).
Singkat cerita, pada tahun 1914 - 1916 Masehi, bertepatan dengan Perang Dunia I terjadi pemberontakan antara Sam Tiam (tiga mata, tiga kode, tiga cara) dengan pihak Belanda di Bumi Khatulistiwa. Pertahanan pihak Belanda yang memerangi perkongsian orang-orang Cina dari Dataran Tiongkok (atau biasa disebut 'tongsan' oleh masyarakat setempat). Orang-orang dari Cina selain bertani juga melakukan penambangan emas secara tradisional yang digali disekitar Bukit Mas serta tunduk kepada Kesultanan Sambas.
Desa Sebawi yang dahulu dikenal sebagai Mungguk Miding merupakan salah satu tempat pertahanan pihak Belanda, didaerah tersebut didirikan sebuah Benteng Pertahanan yang dilengkapi dengan beragam senjata seperti meriam, tombak, balok-balok kayu yang ditempatkan di atas bukit, tujuannya adalah untuk menahan serangan yang datang dari badan jalan di lereng-lereng bukit dengan cara dijatuhkan (digulingkan).
Jalanan yang berada di lereng Bukit Mas merupakan jalan yang di kerjakan oleh penduduk setempat yang dipaksa untuk melakukan sebuah pekerjaan oleh orang-orang Belanda yang biasa disebut dengan Kerja Rodi, atau oleh masyarakat setempat lebih dikenal dengan sebutan Kerja Dinis. Jalan tersebut pada masa itu menjadi urat nadi dan satu-satunya jalan yang menghubungkan Sebawi ke pasar Lumar dan terus ke Bengkayang. Jalanan tersebut hanya dapat dilalui oleh sepeda, kuda, dan penjalan kaki.
Bukit Mas adalah tempat pertama berdirinya sebuah perkampungan yang dihuni oleh penduduk Desa Sebawi. Ditempat tersebut didiami oleh mayoritas etnis Tionghoa yang didatangkan langsung dari Dataran Tiongkok oleh Sultan Sambas untuk menambang emas di Binua Sambas. Daerah Bukit Mas dahulu terdapat pasar dan menjadi pusat perekonomian masyarakat Desa Sebawi pada masa itu. Meletusnya Perang Kenceng membuat penduduk meninggalkan Bukit Mas dan menuju bantaran Sungai Sambas Kecil.
Alasan masyarakat Bukit Mas pindah ke daerah pesisir, jika terjadi perang yang lebih besar maka mereka (masyarakat Bukit Mas) akan lebih mudah menghindari perang melalui jalur sungai dan laut dengan menggunakan perahu / sampan.
Di sebut Perang Kenceng karena penduduk pada waktu itu tidak memiliki harta yang banyak, maka pada waktu terjadi perang tersebut, penduduk hanya lari membawa kenceng (periuk) mereka. Dan oleh karena itu, maka dinamakan perang tersebut dengan Perang Kenceng. Para penduduk Bukit Mas pergi menyelamatkan diri beserta keluarga mereka menuju pesisir (kawasan pasar Sebawi sekarang).
Melihat kekacauan yang terjadi ditengah-tengan masyarakat Bukit Mas, akhirnya Kesultanan Sambas pun turun tangan untuk meredam kekacauan yang terjadi di Binua Sambas dan hasilnya disepakati oleh pihak-pihak yang berseteru untuk melakukan perdamaian.
Kawasan Luwing - Sebawi |
Menurut cerita yang beredar turun-temurun, Desa Sebawi pada waktu itu juga dikenal dengan nama Mangkitteu yang notebane-nya merupakan sebuah daerah yang dihuni oleh orang-orang Cina yang bertempat di kawasan Jamban Besar Pasar Sebawi sekarang. Dan merupakan tempat singgah orang-orang Cina yang datang dari Dataran Tiongkok, mereka menggunakan perahu-perahu Wangkang dan bersandar di Mangkitteu (sekarang kawasan pasar Sebawi) untuk menambang emas di daerah Sebawi dan sekitarnya antara lain adalah Seminis yang banyak menyimpan emas, Lumar, dan Bengkayang. Pada waktu itu, sistem perpajakan juga sudah diterapkan yang disebut dengan Belasteng.
Adapun bukti-bukti dari cerita diatas masih bisa kita jumpai hingga kini, seperti masih adanya benteng pertahanan Belanda, perkuburan orang Melayu yang terdapat di lokasi pasar, perkuburan orang-orang Cina (Tionghoa) dan klenteng yang merupakan sebutan untuk tempat ibadah penganut kepercayaan tradisional Tionghoa di Indonesia pada umumnya. Dikarenakan di Indonesia, penganut kepercayaan tradisional Tionghoa sering disamakan sebagai penganut agama Konghucu, maka klenteng dengan sendirinya sering dainggap sama dengan tempat ibadah agama Konghucu.
Bangga jadi warga sebawi
BalasHapusTitik lokasi pasar jaman dahulu yg di tinggalkan dimana bang
BalasHapus