Sejarah dan Asal Usul Penamaan Bukit Selindung
misterpangalayo.com - Gunung adalah bentuk permukaan bumi yang menonjol di atas wilayah sekitarnya, menjulang tinggi dan memiliki puncak, lereng serta kaki gunung. Sebuah gunung biasanya lebih tinggi dan curam dari sebuah bukit, tetapi ada kesamaaan, dan penggunaan sering tergantung dari adat lokal. Gunung-gunung yang ada di Binua Sambas antara lain: Gunung Senujuh di Paloh, Gunung Gajah di Pemangkat, Gunung Kaliau di Sajingan Besar, Gunung Selindung di Salatiga, Gunung Palanyo (dalam bahasa Melayu: Pelanjau) di Tebas, Gunung Putri Serayi di Jawai, Gunung Sebatok dan Mungguk Babi di Sebawi.
Jika berbicara soal definisi gunung menurut Encyclopædia Britannica, di Sambas tidak ada gunung, sebuah bentuk tanah yang menonjol di atas wilayah sekitarnya bisa didefinisikan sebagai gunung apabila membutuhkan ketinggian 2000 kaki atau sekitar 610 meter.
Baca juga: Asal Usul Dayak Salako (Selakau)
Dewasa ini, banyak diantara kita tidak tahu tentang sejarah dan asal-usul penaman dari Gunung Sarinakng (dalam bahasa melayu: Selindung). Bahkan untuk penduduk yang tinggal disekitar kaki Gunung Selindung (Sarinakng) juga belum tentu tahu tentang sejarah Penamaan Gunung Selindung (Sarinakng). Minimnya informasi tentang semua hal yang berkaitan dengan Gunung Selindung membuat saya menulis informasi ringan seputar sejarah penaman Gunung Selindung (dalam bahasa dayak: Sarinakng).
Meski sering diperbincangkan, asal muasal penamaan Gunung Selindung masih simpang siur hingga saat ini. Berikut yang berhasil saya rangkum dalam artikel ini, keterbatasan informasi membuat saya menulis semampu saya berdasarkan cerita orang-orang tua zaman dahulu serta sumber-sumber pendukung.
Baca juga: PANGLIMA BURUNG DAYAK: Misteri Panglima Guntur Di Bumi Sambas
Ini cerita singkatnya, Ayo simak baik-baik dan Selamat Membaca !!!
Sejarah atau asal-usul penaman Gunung Selindung bemula dari sekelempok masyarakat yang menyebut diri mereka dengan Dayak Salako (dalam bahasa Melayu: Selakau) dan masih masuk dalam rumpun Dayak Kanayatn / Kendayan, mereka mendiami daerah Gunung Selindung beberapa abad yang lalu.
Hal ini juga dibuktikan dari berbagai catatan para pelancong Eropa, bahwa ketika pertama kali datang ke Pulau Kalimantan bagian Barat, mereka telah menemukan cukup banyak orang Dayak yang tinggal dikaki-kaki gunung dan hutan belantara. Petualangan Nahkoda Kapal Stamford Inggris yang bernama Earld, berlayar dari Singapura ke daerah Kesultanan Sambas untuk melakukan transaksi dagang dengan Sultan Sambas pada tahun 1834 di sepanjang pantai Sambas membuktikan pendapat itu. Earld, misalnya pernah bertemu dengan beberapa orang Dayak yang menggunakan perahu kecil yang terbuat dari kayu bulat dalam perjalanannya mencari sebuah lokasi koloni Cina di Singkawang.
Saya menduga, bahwa orang Dayak yang dimaksud Earld itu adalah orang Dayak Kanayatn. Dugaan ini mungkin sesuai dengan hasil penelitian seorang antropolog Dayak Salako, Simon Takdir, (2003). Dikemukakannya bahwa Orang Dayak Kanayatn dulunya tinggal dan menetap di kawasan pesisir pantai, tak jauh dari Gunung Senujuh, kawasan sungai sambas. Oleh Dunselman (dalam Cence and Uhlenbeck, 1958;15) orang-orang yang ini disebutnya sebagai ‘Old Kendayan’ atau Kendayan Tua.
Menurut cerita yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Dayak Selako, beberapa ratus tahun yang lalu, kawasan Gunung Selindung adalah pantai yang dikelilingi oleh laut. Namun karena adanya proses alam (mungkin saja peristiwa letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda) maka timbul daratan baru yaitu Kota Selakau yang kita kenal sekarang.
Sarinakng yang dulu berada di pantai kini berada jauh dari pantai. Sarinakng ini selanjutnya disebut Salako Tuha (Selakau Tua) yang secara administratif masuk dalam Kecamatan Selakau Timur dan dataran baru disebut Salako Muda’ (Selakau Muda) atau pasar Selakau sekarang ini.
Hal ini juga dibuktikan dari berbagai catatan para pelancong Eropa, bahwa ketika pertama kali datang ke Pulau Kalimantan bagian Barat, mereka telah menemukan cukup banyak orang Dayak yang tinggal dikaki-kaki gunung dan hutan belantara. Petualangan Nahkoda Kapal Stamford Inggris yang bernama Earld, berlayar dari Singapura ke daerah Kesultanan Sambas untuk melakukan transaksi dagang dengan Sultan Sambas pada tahun 1834 di sepanjang pantai Sambas membuktikan pendapat itu. Earld, misalnya pernah bertemu dengan beberapa orang Dayak yang menggunakan perahu kecil yang terbuat dari kayu bulat dalam perjalanannya mencari sebuah lokasi koloni Cina di Singkawang.
Saya menduga, bahwa orang Dayak yang dimaksud Earld itu adalah orang Dayak Kanayatn. Dugaan ini mungkin sesuai dengan hasil penelitian seorang antropolog Dayak Salako, Simon Takdir, (2003). Dikemukakannya bahwa Orang Dayak Kanayatn dulunya tinggal dan menetap di kawasan pesisir pantai, tak jauh dari Gunung Senujuh, kawasan sungai sambas. Oleh Dunselman (dalam Cence and Uhlenbeck, 1958;15) orang-orang yang ini disebutnya sebagai ‘Old Kendayan’ atau Kendayan Tua.
Menurut cerita yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Dayak Selako, beberapa ratus tahun yang lalu, kawasan Gunung Selindung adalah pantai yang dikelilingi oleh laut. Namun karena adanya proses alam (mungkin saja peristiwa letusan Gunung Krakatau di Selat Sunda) maka timbul daratan baru yaitu Kota Selakau yang kita kenal sekarang.
Sarinakng yang dulu berada di pantai kini berada jauh dari pantai. Sarinakng ini selanjutnya disebut Salako Tuha (Selakau Tua) yang secara administratif masuk dalam Kecamatan Selakau Timur dan dataran baru disebut Salako Muda’ (Selakau Muda) atau pasar Selakau sekarang ini.
Terkait penamaan Gunung Selindung yang beredar di tengah-tengah masyarakat Sambas, khususnya warga di lereng gunung tersebut adalah pada masa itu banyak terjadi aksi perampok-perampok laut disekitaran wilayah laut kedaulatan Kesultanan Sambas dan di sekitaran muara Sungai Sambas Besar. Perampok-perampok laut tersebut lebih dikenal dengan nama lanun oleh masyarakat Sambas.
Banyak pedagang-pedagang dari Dataran Tiongkok (tongsan) berlayar menuju ke wilayah Kesultanan Sambas, akan tetapi tidak sedikit diantara mereka di rampok atau di bajak oleh para lanun. Hingga membuat mereka terpaksa untuk berlabuh di Gunung Selindung. Tujuan mereka adalah menghindari kejaran para bajak laut dengan cara berlindung di sebuah gunung yang kita kenal sekarang dengan nama Gunung Selindung.
Maka Gunung Selindung (Bukit Sarinakng / Gunung Sarinakng) bermakna sebuah gunung tempat orang berlindung dari kejaran para bajak laut / lanun. Di Gunung Selindung terdapat air terjun yang sangat cantik, konon kata orang-orang zaman dahulu, bahwa lokasi Air Terjun Gunung Selindung merupakan tempat pemandian tujuh puteri kayangan (bidadari) dari langit atau kayangan untuk mandi disana pada saat hujan panas turun. Air Terjun Gunung Selindung merupakan tempat wisata alam dengan topografi alam gunung yang terjal dan mendaki.
Di kawasan Gunung Selindung juga pernah ditemukan sebuah Nekara pada tahun 1990 di dapat oleh warga Desa Parit Jawa Dusun Air Terjun Kec. Salatiga yang bernama M. Syarif. Nekara tersebut bisa ditemukan dan berada di Museum Kalimantan Barat. Pada tahun 2014, ditemukan batu alam yang sangat berharga karena batu tersebut adalah batu permata.
Banyak pedagang-pedagang dari Dataran Tiongkok (tongsan) berlayar menuju ke wilayah Kesultanan Sambas, akan tetapi tidak sedikit diantara mereka di rampok atau di bajak oleh para lanun. Hingga membuat mereka terpaksa untuk berlabuh di Gunung Selindung. Tujuan mereka adalah menghindari kejaran para bajak laut dengan cara berlindung di sebuah gunung yang kita kenal sekarang dengan nama Gunung Selindung.
Maka Gunung Selindung (Bukit Sarinakng / Gunung Sarinakng) bermakna sebuah gunung tempat orang berlindung dari kejaran para bajak laut / lanun. Di Gunung Selindung terdapat air terjun yang sangat cantik, konon kata orang-orang zaman dahulu, bahwa lokasi Air Terjun Gunung Selindung merupakan tempat pemandian tujuh puteri kayangan (bidadari) dari langit atau kayangan untuk mandi disana pada saat hujan panas turun. Air Terjun Gunung Selindung merupakan tempat wisata alam dengan topografi alam gunung yang terjal dan mendaki.
Di kawasan Gunung Selindung juga pernah ditemukan sebuah Nekara pada tahun 1990 di dapat oleh warga Desa Parit Jawa Dusun Air Terjun Kec. Salatiga yang bernama M. Syarif. Nekara tersebut bisa ditemukan dan berada di Museum Kalimantan Barat. Pada tahun 2014, ditemukan batu alam yang sangat berharga karena batu tersebut adalah batu permata.
Semoga informasi yang berhasil saya rangkum ini, dapat membantu atau pun memberikan informasi tentang Sejarah dan Asal Usul Penamaan Gunung Selindung di Kecamatan Selakau (dulu) sekarang Kecamatan Salatiga, Kecamatan Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.
Pasar Selakau - Kabupaten Sambas (panoramio.com) |
Pusaka yang anda sebut nekara itu adalah Gong dr jaman Dong Song, yang berumur sekitar 3000-5000 (tiga ribu s/d lima ribu) tahun yang silam. Gong Dongsong ini hanya ada 3 yang di temukan di INA. artinya minimal sekitar 3000 tahun yang lalu sudah ada masyarakat asli dr daratan Vietnam, yang sudah tinggal di Selakau. Gong/Gembur Dongsong itu ada 2 buah, satu ada di Museum Provinsi, kemudian satunya ndak tau kemana. Bayangkan barang itu hampir setahun di simpan di Kantor Camat Pemangkat sampai Museum Kalbar mo mengambil dan memberi jasa kepada penemunya di " ini Gunung Selindung. Yang menarik dengan pertemuan 'tambur'ini artinya pada 3-5 ribu tahun yang lalu sudah ada migrasi dari daerah "kamboja" ke kalimantan ini. dan kemungkinan besar rantai dr ini adalah suku Dayak di Kalbar. Kalau migrasi etnis Melayu itu perkiraan setelah abad 14 dengan perang di Sriwijaya, dan di kerajaan di Malaka.
BalasHapusPenemu Nekara bukan orang parit pasir, tapi orang parit jawa dusun air terjun yang bernama M.Syarif
BalasHapusThanks atas informasinya, saudara.
HapusIzin membuat video dari artikel anda
BalasHapus