PANGLIMA BURUNG DAYAK: Misteri Panglima Guntur Di Bumi Sambas
misterpangalayo.com - Negeri Sambas banyak menyimpan misteri yang belum terpecahkan hingga sekarang, banyak cerita-cerita rakyat yang berkembang dari mulut ke mulut secara turun temurun. Dewasa ini, Negeri Sambas didiami 3 (tiga) etnis mayoritas yaitu Melayu Sambas, Dayak, dan Tionghoa serta disusul etnis Jawa, Minang, Padang, Bali, dan lainnya.
Negeri Sambas meliputi wilayah SingBeBas yaitu Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang dan Kabupaten Sambas. Wilayah ini berpatokan bekas wilayah kedaulatan Kesultanan Sambas pada zaman dahulu. Beragam sub suku Dayak yang mendiami Negeri Sambas, mulai dari Dayak Salako hingga Dayak Bakati.
Dalam masyarakat Pulau Kalimantan, khususnya masyarakat Dayak dan Sambas, percaya akan sosok panglima perang yang sangat melegenda yaitu Panglima Burung / Panglima Besar Dayak / Panglima Perang. Sosok ini disebut-sebut sangat agung, sakti, berwibawa dan ksatria.
Menurut cerita yang berkembang, Panglima Dayak ini hidup dan tinggal di pegunungan perbatasan antara Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Ia bersembunyi dan bertapa di gunung dan menyatu dengan alam. Selama beratus tahun hidup dalam pertapaan di gunung dan akan 'turun gunung' kalau ada situasi genting seperti kekacauan dan kerusakan di tanah Kalimantan.
Banyak versi cerita mengenai sosok panglima tertinggi masyarakat Dayak (Panglima Burung), tetapi secara nasional nama Panglima Burung mencuat ke seluruh Nusantara saat pertikaian etnis di Bumi Sambas dan Sampit.
Pada kali ini, saya akan fokus untuk membahas Panglima Burung yang berperan aktif saat pertikaian etnis di Bumi Sambas. Sebagian masyarakat Sambas percaya jelmaan Panglima Burung yang gaib ini, dan cerita ini saya rangkum dari beberapa tetua di tanah Sambas dan sumber-sumber pendukungnya serta artikel ini bersifat informasi. Saya garisbawahi kalau artikel ini tidak bermaksud untuk membahas pertikaian yang pernah ada di Bumi Sambas, akan tetapi saya terfokus sosok Panglima Burung dan ini hanyalah sebuah cerita rakyat yang masih terngiang pada masyarakat Suku Dayak di Pulau Kalimantan, khususnya Sambas.
Buat para pembaca blog misterpangalayo.com, ada 3 (tiga) golongan yang saya kategorikan, yakni:
- Percaya
- Tidak Percaya
- Ragu-ragu.
Banyak sekali cerita terkait Panglima Burung yang beredar, namun ada satu versi yang menurut saya sangat tepat menggambarkan apa dan siapa itu Penglima Burung. Di Bumi Sambas yang melegenda adalah sosok yang menggambarkan orang Dayak secara umum yang bernama Panglima Guntur. Panglima Guntur dipercaya bertugas menjaga tanah pusaka Negeri Sambas. Panglima Guntur adalah perlambang orang Dayak, baik dari sifatnya, tindak-tanduknya, dan segala sesuatu tentang dirinya.
Lalu bagaimanakah seorang Panglima Burung itu, bagaimana ia bisa melambangkan orang Dayak? Selain sakti dan kebal, Panglima Burung juga adalah sosok yang kalem, tenang, penyabar, dan tidak suka membuat keonaran. Ini sesuai dengan tipikal orang Dayak yang juga ramah dan penyabar.
Masyarkaat Dayak percaya ketika Panglima Guntur 'turun gunung' dari pertapaan di gunung akan disertai suara gemuruh dari langit, yaitu guntur. Maka dari itu, ia mendapat gelaran Panglima Guntur, dan juga mempunyai nama lain yaitu Panglima Angsa yang artinya guntur atau kilat.
Menurut cerita, Panglima Guntur memakai Gelang Besi Kuning disertai Mahkota. Pada pertikaian etnis di Bumi Sambas, Panglima Guntur mengerahkan anak buahnya dari kaum bunian (kerajaan Batu Bejamban Paloh) dengan mengenakan ikat kepala kuning.
Ketika pertikaian terjadi, masyarakat Sambas khususnya Melayu dan Dayak heran akan pasukan yang mengenakan ikat kepala kuning yang mereka tidak tahu dari mana datangnya. Masyarakat Melayu Sambas pun ikut mengenakan ikat kepala kuning dan masyarakat Dayak mengenakan ikat kepala berwarna merah.
Konon ketika terjadi pertikaian Panglima Guntur dipercayai masyarkat Sambas membantu menyatukan suku Dayak di pedalaman Kalimantan. Bahkan Suku Dayak yang berada di Malaysia ada yang turun ke Negeri Sambas untuk bersatu membantu masyarakat Sambas.
Cerita mandau terbang pun menjadi buah bibir masyarakat Sambas dan Sampit saat terjadinya pertikaian. Karena Panglima Guntur dan pasukan dari kaum bunian notebane-nya tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, membantu masyarakat Sambas memenangkan pertikaian itu, mereka dapat dengan tepat mencari dan menebas (mengayau) kepala musuh-musuh di tempat yang tersembunyi sekalipun.
Selain banyaknya versi cerita, di penjuru Kalimantan juga ada banyak orang yang mengaku sebagai Panglima Burung, seperti di Tarakan, Sampit, atau pun Pontianak. Sekitar tahun 1800an, ada 5 (lima) Panglima Dayak yang ada di tanah lelulur Kalimantan yaitu Panglima Guntur, Panglima Naga Sabui, Panglima Burung, Panglima Batur dan Panglima Antang.
Tidak tahu kapan tepatnya Panglima Guntur hadir ditengah-tengah masyarkat Sambas. Bermula dari Raden Sulaiman (raja pertama Kesultanan Sambas) diberi 3 (tiga) meriam kecil dari mertuanya yaitu Ratu Sepudak. Meriam kecil itu merupakan hasil pertapaan para raja-raja Sambas sebelum berdirinya Kesultanan Sambas.
3 (tiga) meriam peninggalan Ratu Sepudak adalah:
- Raden Sambir, lela (meriam kecil) yang panjang berbuntut,
- Raden Mas, lela (meriam kecil) yang besar pendek,
- Raden Pajang, lela (meriam kecil) yang kecil pendek dan tidak berbuntut.
Anehnya, masih memiliki 4 saudara yang berupa meriam kecil juga. Keempat pusaka meriam kecil itu datang dengan sendirinya, masing-masing bernama: Raden Putri, Ratu kilat, Pangeran Pajajaran dan Panglima Guntur.
Panglima Guntur menjelma menjadi sebuah lela (meriam kecil) atau masyarakat Sambas lebih mengenalnya dengan Meriam Beranak. Tidak tahu persis bagaimana Panglima Guntur bisa tunduk kepada Kesultanan Sambas. Tapi ada cerita yang menyebutkan Panglima Guntur dan pasukannya sedang terbang di hutan hendak menyerang Kesultanan Sambas. Dengan di bantu Kerajaan Gaib Batu Bejamban Paloh dan ayat Kitabullah (ayat kursi), maka runtuhlah pasukan Panglima Guntur. Sejak peristiwa itulah mereka tunduk kepada Sultan Sambas.
Ciri-ciri Panglima Dayak yang berhasil saya rangkum adalah:
Ciri-ciri Panglima Dayak yang berhasil saya rangkum adalah:
- Tatto Melingkar dari kaki sampai ujung kepala atau belakang kepala.
- Mahkota Terbuat dari Besi Kuning
- Ketiga Rambut Dari Bunyian/Mahluk Halus yang di-kayau (kayau adalah tradisi suku Dayak jaman dahulu)
- Memakai Gelang Besi Kuning atau Gelang ara latek lantak
- Jarang "turun gunung" kecuali untuk urusan genting seperti kekacauan dan kerusakan di tanah Kalimantan.
- Ia jarang bahkan sudah lama tidak menampakkan dirinya karena Ia bersembunyi dan bertapa di gunung dan menyatu dengan alam.
Memang
legenda yang berkembang sekarang kebanyakan memiliki
makna yang tersirat. Banyak misteri yang belum terpecahkan karena
kurangnya data yang dapat memperkuat dugaan yang selama ini terngiang di
masyarakat. Mungkin setiap daerah mempunyai cerita tersendiri untuk mendeskripsikan sosok Panglima Burung atau Panglima Perang Suku Dayak.
Oh gitu ya gan baru tau ane heheh nice post
BalasHapusiya mas bro......
HapusTerima Kasih :)
Sering denger dari sodara2 nih ttg sosok Panglima ini, sewaktu Tarakan ricuh. Diceritakan yg kalau kedatangannya cuman sekelebatan saja, makin misterius kan. Tfs mas brow
BalasHapusIyaaaaa saudara...
HapusSosok Panglima Burung sgt misterius keberadaannya. Banyak crta yg menjamur di masyarakat ttg sosoknya....
wah artikelnya bagus bang
BalasHapusMakasih kawan :)
HapusThanks sudah mampir :)
BalasHapusKawan saya yang keluarga nya berasal dari Sambas pernah ceritakan pasal meriam. Hanya keturunan raja sambas bisa mengangkat meriam tersebut.. Dan dia bisa sebab dia masuk keturunan raja sambas. Dia pun pandai tarik barang dari dunia lain. Itu menurut nya.
BalasHapusBetul apa yang saudara katakan. Menurut kepercayaan orang Sambas, meriam tersebut sangat berat.. Tidak semua orang bisa mengangkat benda itu, tetapi kalau khodam meriam itu berkenan maka orang tersebut bisa mengangkat meriam itu
HapusMisteri sambas...
BalasHapusBagus dalam penulisan dan benar-benar terfokus pada apa yang tertera pada judul, tidak seperti blog lain yang "melember" yang ujung-ujungnya jadi SARA.
BalasHapusApproved deh buat blognya, informatif banget. (y)
Thanks brother sudah mampir ke blog mister :)
HapusTerima kasih sudah berkunjung ke blog saya.
BalasHapusSalako Indonesia maupun Salako Malaysia..... Diri' nian sete' katurunan.
Aok.... Kata urakng tuha jaman gik arek.... Urakng diri' barasal dari binua salako ka' sarinakng..... Dakat binua garantukng ka' singkawang...
BalasHapusMerry Xmast n Happy New Year
Seru n mntap info nya... g orng skw tpi gk tau crta rkyat d tnah klmmtan... lnjutkan gan...
BalasHapusMerry xmas n thun bru...
Ikuti terus perkembangan dr misterpangalayo yaa brother
HapusBetul sob,cerita dari tmn dekatku yg kebetulan ikut dlm kejadian memang betul tiba2 saja orang ramai turun ke jalan padahal dihitung2 kata beliau warga dari beberapa kecamatan terdekat tidak akan seramai itu......
BalasHapusdaerah mana tu bro ?
HapusTRIMS YA BRO,ATAS ARTIKELNYA TAMBAH PENGETAHUAN
BalasHapusTRIMS YA BRO,ATAS ARTIKELNYA TAMBAH PENGETAHUAN
BalasHapuskembali kasih mas bro
HapusApa yg bisa diambil dari generasi jaman sekarang???? dari semua kisah yg tertulis ini??? mungkin benar/mungkin saja dibuat2 hanya Tuhan yg tau...yg pasti tdk ada yg abadi didunia ini maka ambillah kebaikannya saja dan buanglah keburukannya,krn semua manusia akan mempertanggung jawabkan segala perbuatannya...
BalasHapusApa yg bisa diambil dari generasi jaman sekarang???? dari semua kisah yg tertulis ini??? mungkin benar/mungkin saja dibuat2 hanya Tuhan yg tau...yg pasti tdk ada yg abadi didunia ini maka ambillah kebaikannya saja dan buanglah keburukannya,krn semua manusia akan mempertanggung jawabkan segala perbuatannya...
BalasHapussetiap cerita pasti mempunyai makna yang tersirat, bnyak nilai moral yang terkandung dalam cerita rakyat dari para leluhur kita....
HapusMohon sumber sejarah harus jelas biar bisa memenuhi unsur estetika historiografi
BalasHapusMakasih mas bro..
BalasHapusJadi bisa tahu
kalau gak salah bang... panglima yang di segani itu sebenarnya panglima naga... namanya pak naga dari salah satu daerah skadau. karena dia tidak meinikah sampai akhir hayatnya. sementara panglima burung itu terkenal karena dia turut andil dalam beberapa perang besar, termasuk dalam perang etnis tahun 1997 dan 1999 kemarin. sekarang panglima burung yang sebenarnya sudah meninggal. bahkan ada yang bilang kalau panglima burung juga terlibat sejak pecah perang melawan belanda, namun namanya tidak tercatat sebagai pahlawan daerah, dan dulunya pernah tergabung dengan oevang oerai di daerah pinggiran pontianak sampai ke kuburaya sewaktu dibuat pusat kumpul membahas strategi dan komounikasi antar pejuang daerah. sementara panglima angsa kabarnya sudah lama meninggal dan digantikan cucunya yang terakhir keberadaannya terakhir terlihat di daerah singkawang. tapi kini entah kemana... itu info dari beberapa sumber
BalasHapuspanglima perang kalimantan terkenal sangat sakti
BalasHapus