CERITA RAKYAT SAMBAS: Legenda Raden Sandi Dan Kerajaan Batu Bejamban
misterpangalayo.com - Sebelum saya menceritakan kembali sebuah cerita yang termasuk dalam kategori cerita legenda tentang Raden Sandi dan Kerajaan Batu Bejamban di Negeri Paloh. Saya tegaskan jikalau cerita ini adalah sebuah cerita legenda yang berkembang di tengah-tengah masyarakat Kabupaten Sambas, jadi di lapangan banyak versi yang beredar, kali ini izinkan saya menceritakan sebuah cerita legenda hubungan antara Raden Sandi dengan kerajaan Batu Bejamban tersebut. Percaya atau tidak percaya ini hanyalah sebuah cerita rakyat, tidak berniat untuk mengotak-atik sejarah, tapi ini berdasarkan cerita para tetua orang Sambas, dan beberapa sumber pendukung, serta hasil teleportasi juru kunci di situs Batu Bejamban.
Kerajaan Batu Bejamban terletak di sebuah negeri paling utara Kalimantan Barat yang sekarang dikenal dengan Paloh. Menurut cerita dari orang-orang tua setempat, nama Paloh itu sendiri berasal dari nama batu yang mengeluarkan keringat atau peluh, sekarang keberadaannya sudah tidak bisa dilihat dengan kasat mata.
Bukan rahasia umum lagi, kalau Kerajaan Batu Bejamban atau biasa dikenal dengan Kerajaan Paloh merupakan sebuah kerajaan bunian / orang kebenaran yang tidak bisa dilihat dengan kasat mata oleh manusia pada umumnya. Kerajaan ini sudah menunjukkan eksistensinya kepada masyarkat Sambas pada umumnya, akan keberadaan bangsa bunian / orang kebenaran / orang Limun / orang Halus / kaum Lelembut.
Yaminhudin, S.hut. juga menjelaskan tentang tata cara kehidupan mereka, makhluk halus Negeri Paloh. Konon, kehidupan mereka sama seperti manusia dan sangat menjunjung tinggi adat istiadat leluhur. Menurut pantauan batin Yaminhudin yang langsung berkomunikasi dengan makhluk halus penghuni negeri gaib tersebut mengatakan, perkembangan penduduk yang tinggal di negeri itu sangat pesat.
Menurut Hamida Abdul Aziz dalam bukunya yang berjudul "Legenda Batu Bejamban Jilid 2', Kerajaan Batu Bejamban dipimpin oleh seorang raja bernama SULAIMAN dan Raden Sandi sebagai Kepala Pemerintahan. Namun, nama-nama kerajaan Datok di Kerajaan Batu Bejamban sangat banyak, dan dalam artikel ini saya menulis berdasarkan cerita rakyat yang sudah ada sejak turun temurun, sumber pendukung dari buku dan internet, serta dari hasil teleportasi juru kunci dengan H. Sulaiman serta sesepuh Datok-datok Kerajaan Batu Bejamban.
Setiap satu orang nama Datok punya samaran Sembilan nama, tidak heran lagi jika penyamarannya berpartisipasi dengan pengunjung maupun dengan orang pintar lain. Kerajaan Batu Bejamban sudah eksis dahulu kala, di lokasi yang kental dengan Nuansa melayu dan islam ini para penjiarah dari suku/etnis dan agama lain juga bisa datang.
Menurut kepercayaan orang Sambas, bahwa Raden Sandi itu bukannya mati, mayatnya dibawa orang kebenaran, orang halus, orang Paloh. Raden Sandi adalah salah satu putra raja Sambas Sultan Moehammad Tsafioeddin II. Ia termasuk sosok yang jenius dan mampu menyelesaikan sekolah sekolah sebelum waktunya. Tanggal 8 Desember 1890, ia melanjutkan sekolah ke tanah Jawa diantar Menteri Pangeran Tjakranegara Pandji Anom. Keberangkatannya bersamaan dengan diasingkannya sang ayahanda ke tempat pembuangan oleh Penjajah Belanda.
Raden Sandi dan saudaranya Raden Mohammad diserahkan kepada Tuan Bestantjesdijk, direktur Opleideing School di Bandung. Dan, lima tahun kemudian keduanya kembali setelah berhasil menyeelsaikan pelajarannya dengan baik. Seusai itu ia langsung diangkat menjadi putra mahkota, namun belum sempat menduduki tahta, beliau meninggal dunia.
Berikut cerita singkat tentang Raden Sandi:
Pada suatu hari Raden Sandhi seperti biasa, akan pergi berburu senjatanya yang akan dipergunakan untuk pergi berburu. Lalu ia pergi menemui istrinya, ” Oi, hari ini, aku akan pergi berburu lagi.
Entah satu hari, dua hari aku tidak tahu. Cuma aku minta, supaya kepergianku itu, jangan kau ceritakan dengan ayah, dengan ibu,” mengapa pula, kata istrinya, saya baru saja dimarahi oleh ibu, supaya jangan pergi berburu, padahal hatiku selalu saja ingin pergi berburu. Jadi seorang istri haruslah patuh terhadap suami,”. Mengerti, jawab sang istri. Hanya jangan lama - lama. Maklumlah di dalam hutan, mesti ada sesuatu yang dikhawatirkan,”. Tidak, aku pergi tidak terlalu lama, mungkin hanya dua hari saja.
Baiklah, kata istrinya.” Nanti kalau ayah bertanya’, katakan aku tidak pergi kemana - mana. Hanya pergi dekat saja. Hanya nanti kalau kamu akan pergi bawalah teman. Jangan pergi sendiri, maklumlah di dalam hutan. Binatang banyak, seperti ular, beruang, dan binatang lainnya yang dapat menyusahkan kita, kata istrinya.
”Ialah aku membawa kawan, tapi siapakah kawanku, kata Raden Sandhi. Maka berangkatlah Raden Sandhi tadi. Dengan kedua orang temannya pergilah mereka bertiga berjalan. Mereka berjalan keluar masuk hutan, keluar masuk jurang tidak juga bertemu dengan binatang yang dicari. Apalagi rusa, kijang, pelanduk, burungpun tidak dijumpai. Karena belum juga ketemu dengan binatang buruannya dan sudah menjadi sifat Raden Sandhi, kalau belum dapat belum pula ia puas. Makan pun Raden Sandhi lupa apalagi minum. Akhirnya sampailah mereka ke daerah Paloh. Sesampai di Paloh, terdengar burung, Ciit .... Ciit ....... Ciit”. Kawan Raden Sandhi pun berkata, ” Den itu ada bunyi burung.
”Mana ? ”itu, di batang kayu.” Raden Sandhipun melihat ke atas. Dilihatnya benar, ada seekor burung, namun burung itu sangat aneh bentuknya. Sangat berbeda dengan burung - burung yang lain. Tidak juga besar, tidak juga kecil. Burungnya bagus, cantik benar burung itu. Warnanya bermacam - macam, ada hijau, ada merah, kakinya kekuning - kuningan. Pendek kata menarik, sangat menarik hati.
”Ku sumpit saja burung itu. Kalau ku sumpit, mudah - mudahan burung itu tidak mati dan aku dapat memeliharanya,” kata Raden Sandhi. Kemudian di sumpitnya lah burung itu dan kena, tepat di kepalanya dan matilah burung tersebut. Sedihlah hati Raden Sandhi karena burung tersebut mati. ” Sayang, burung itu, kalau tidak mati akan kupelihara”. Apa boleh buat, walaupun mati akan kubawa pulang. Kata Raden Sandhi pada temannya.
”Wah, wah, kita pulang saja, sudah hampir dua hari kita berburu tidak juga mendapat hasil buruan hanya dapat burung satu ekor saja. Akan kusalai, agar bulunya tidak rusak sewaktu dibungkus dan akan kusimpan saja. ” Iyalah, ” jawab teman - temannya
Pulanglah Raden Sandhi, sampai di rumahnya Raden Sandhi bercerita, badannya kurang sehat, mengapa ya badanku kurang sehat, bulu kuduk terasa berdiri. Mungkin aku sakit. Pada mulanya tidak merasakan apa - apa sampai beberapa hari kemudian, badan Raden Sandhi masih juga belum sehat. Raden Sandhi merasakan demam setelah pergi ke Paloh !. Lalu dia pergi menghampiri istrinya, ada apa dengan badanku, kata Raden Sandhi kepada istrinya. Sakit barangkali aku ini.” Sudah tiga hari badanku ini panas dingin, bulu kuduk aku terasa berdiri, rasanya tidak nyaman sekali, apa ya obatnya ?”. kata Raden Sandhi kepada istrinya. Tidak tahu, jawab istrinya. Cari dukun saja yang dekat - dekat sini. Maka sang istri mencari dukun untuk mengobati suaminya tadi. Tidak lama kemudian datanglah sang dukun dan bertanya kepada Raden Sandhi, ” Sakit apa den ?”.
”Entahlah, badan aku ini rasanya kian hari kian melemah saja, bulu kuduk terasa berdiri. Demam ada juga tapi badan rasanya sakit semua. Raden dari mana, sampai sakit begini ? tanya sang dukun kepada Raden Sandhi. Saya pergi berburu ke Paloh, pulang dari berburu, badan saya terasa panas dingin, rasanya bulu merinding. Oh kalau begitu Raden terkena orang halus barangkali, kata sang dukun pula.
Lalu diobatinya Raden Sandhi, sesudah diobati dengan obat orang kampung tadi, dengan berjenis - jenis ramuan yang terbuat dari kayu - kayu, lalu dibacakannyalah mantra. Setelah dukun tadi pulang, sakit Raden Sandhi bukannya sembuh, tapi penyakitnya bertambah parah, akhirnya Raden Sandhi tidak mau makan.
Setelah beberapa lamanya Raden Sandhi sakit dan sakitnya tidak juga sembuh, akhirnya Raden Sandhi meninggal dunia. Layaknya orang meninggal tentulah dimandikan, dikapankan lalu dikuburkan seperti layaknya upacara penguburan. Setelah upacara penguburan selesai dilaksanakan, pada malam harinya istri Raden Sandhi mendapat mempi, dalam mimpi itu, mengatakan bahwa sebenarnya Raden Sandhi tidaklah mati, Raden Sandhi dibawa oleh orang halus pergi ke Paloh, untuk dijadikan raja oleh orang halus di sana karena raja mereka sudah tua, Raden Sandhi akan dijadikan menantu dan raja orang halus di tempat tersebut.
Yang dimakamkan itu bukannya Raden Sandhi, melainkan hanya sebatang kedebok pisang saja dan itulah yang ditanam, kata orang halus di dalam mimpi sang istri. Orang halus tadi juga berpesan untuk memberitahukan mimpinya kepada orang tua Raden Sandhi.
Lalu tersadarlah sang istri dari mimpinya, dan kemudian bercerita kepada kedua orang tua Raden Sandhi beserta keluarganya. Bahwa yang dikuburkan itu bukanlah jasad tubuh Raden Sandhi melainkan hanya sebatang gedebok pisang dan suaminya dibawa pergi ke paloh oleh orang halus untuk dinikahkan dengan anak Raja Paloh. Begitulah cerita istri Raden Sandhi, maka gemparlah mereka mendengar cerita sang istri tadi. Sang ayah menyesali kelakuan Raden Sandhi yang sudah sering diingatkan untuk tidak pergi berburu, apalagi pergi berburu sampai ke Paloh.
Sudah kita tahu bersama, bahwa Paloh itu tempat orang - orang kebenaran, apalagi kedatangannya ke Paloh hanya untuk pergi berburu, membunuh binatang lagi. Namun apa daya semuanya telah terjadi. Mungkin itu sudah suratan takdir Raden Sandhi,” kata ayahnya.
[sumber: sambas.go.id]
Kita teruskan cerita kita dahulu, setelah Raden Sandi dibawa ke Negeri Paloh Kerajaan Batu Bejamban, Raden Sandi dinikahkan dengan anak Raja Paloh bernama Ratu Ratna Sari. Hasil perkawinan Raden Sandi dengan Ratu Ratna Sari dikaruniai dua orang anak bernama Datok si Putih-Putih dan Putri si Apung-Apung. (Hamida Abdul Aziz)
Datok si Putih-Putih Siluman Buaya, mempunyai tugas Menjaga keamanan di dalam air sungai paloh Batu Bejamban. Jika ada manusia merusak habitat buaya, maka yang bertindak Datok si Putih-Putih. Sedangkan Putri si Apung-Apung siluman habitat air laut, mempunyai tugas menjaga hasil laut dan nelayan. Jika nelayan datang pada musim melaut, para nelayan membuat suatu acara kehormatan untuk si penjaga laut demi untuk keselamatan pelaut khususnya nelayan serta minta di murahkan rezekinya.
Pada masa itulah Raden Sandhi menjadi Raja Paloh dan berkuasa di daerah Paloh. Pada saat sekarang ini juga masih banyak masyarakat yang mempercayainya dan menurut cerita apabila akan pergi ke Paloh, jangan lupa menyebut nama Raden Sandhi, sambil berkata, ” Den, Raden, kami datang ke Paloh daerah kekuasaan dato’ ( panggilan untuk Raden Sandhi ) kami juga masih keluarga dari Sambas, janganlah kami diganggu”, begitulah bunyi ucapannya.
Kembali lagi ke cerita Kerajaan Batu Bejamban, Mengapa disebut Batu Bejamban? Karena jalan menuju istana kerajaan ghaib Batu Bejamban disusun diatas tumpukan batu yang menyerupai tangga. Arah tangga tersebut menuju ke atas bukit, dimana tiap ruas lereng bukit terdapat 5 sumur air yang tidak pernah kekeringan. Di sumur itulah tempat Raja dari Kerajaan Batu Bejamban dan prajuritnya mandi.
Karena letak sumber airnya yang sangat dalam, maka Raja Kerajaan Batu Bejamban kadang mengalami kesukaran untuk menimba air dengan posisi berdiri. Tak pelak lagi, SangRaja terpaksa berjongkok dengan lutut kanan menimpa batu dan tangan kiri bertahan di atas batu yang dialiri air pegunungan. Semakin sering Sang Raja dan prajuritnya melakukan kebiasaan seperti itu, mengakibatkan terbentuknya cekungan-cekungan pada batu yang ditimpa tadi. Cekungan itu menyerupai lutut dan siku tangan manusia. Siapa lagi kalau bukan bekas cekungan salah satu anggota tubuh Sang Raja dan prajuritnya yang sering mengambil air di sumur itu.
Di Batu Bejamban sumurnya berjumlah 5 buah sumur, namun yang baru di temukan orang baru 4 sumur, jika sumur ke 5 ditemukan, maka ke 5 air sumur itu benar-benar menjadi obat yang sangat mujarab.
Titik sumur yang di anggap keramat yaitu:
1. Yang di sebut titik ke I (sumur ke satu), tidak jauh dari pinggir sungai rangkaian dari Batu Bejamban yang menunggu sumur ini namanya DATOK RADEN SANDI.
2. Titik ke 2 (sumur ke dua), di atas bukit 150M dari titik pertama, yang menunggu sumur ini namanya DATOK H. DOLAH.
3. Titik ke 3 (sumur ke tiga) menuju arah ke tempat permandian yaitu Sumur Tanah yang penunggu sumur ini namanya DATOK DAYANG SARI.
4. Titik ke 4 (sumur ke empat), 10 meter dari sumur ke tiga yaitu sumur Bendungan Air, sebelum di buat bendungan air, sudah ada sumur kecil di tengah-tengah bendungan. Para pengunjung melihat mata air yang selalu mengeluarkan air di lubang sumur maupun lubang-lubang sela-sela akar kayu, maka di buatnyalah bendungan sebagai penampungan air yang akan di alirkan ke rumah penginapan. Bendungan air tersebut di jaga oleh DATOK HONGLIMIN.
5. Titik ke 5 (sumur ke lima), penjaganya DATOK DEWI ANGGA SARI, menurut juru kunci, sumur ke lima ini masih mesterius, masih belum mau di lihatkannya kepada pengunjung.
Dewasa ini, “Batu Bejamban” itulah tempat wisata Supranatural, berbicara supranatural harus dengan hati yang tenang, jasad yang bersih, lingkungan yang bersih dan indah. Kerajaan Batu Bejamban memiliki sifat-sifat tersebut karena bersih itu adalah sebagian dari iman.
Apabila ada tamu/pengunjung ke Batu Bejamban membawa kesan-kesan yang tidak baik, maupun merusak tempat huniannya, maka sepulangnya dari Batu Bejamban para pengunjungnya diikutinya serta di ganggu oleh orang halus penunggu Kerajaan Batu Bejamban.
Para pengunjung menjadi tidak tenang dan jika kejahilan para pengunjung benar-benar merusak lokasi wisata Batu Bejamban akan fatal akibatnya. Karena kerajaan Batu Bejamban kental dengan kerajaan yang sopan, jujur, amanah dan keramat.
Jika para pengunjung ingin mengambil sesuatu untuk membuat kenangan-kenangan dari Batu Bejamban, para pengunjung harus pamit dahulu dengan penghuni di Batu Bejamban yang bernama Raden Sandi, H. Sulaiman, karena Datok-datok tersebut yang mengepalai kerajaan Batu Bejamban.
Jika para pengunjung datang ke Batu Bejamban, maka juru kunci meminta izin dahulu dengan Raden Sandi dan H. Sulaiman, dengan memulai membakar dupa dan kemenyan tanda kita menghormati Datok-datok di kerajaan Batu Bejamban. Karena penghuni Batu Bejamban kental dengan alam semesta, kayu-kayuan, hutan belantara dan berbatuan yang selalu menimbulkan aroma yang sangat menyengat wangi yang di keluarkan dari batang kayu dan perumputan.
Di atas Batu Bejamban ada sumur dan selalu mengeluarkan air, disitulah juru kunci selalu membakar dupa dan kemenyan aura mistik mulai menyergap pengunjung yang baru tiba. Setelah selesai membakar dupa dan kemenyan dan baru mulailah pengunjung menjalankan aktifitasnya.
Nuansa mistis tempat ini masih dirasakan oleh kebanyakan orang sehingga banyak yang datang kesini dengan berbagai niat dan keperluan, namun bagi umat Islam jangan sampai salah melangkah karena dapat merusak keimanan seseorang kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Cerita tentang Batu Bejamban ini memang banyak yang masih menjadi misteri. Seperti ada hubungan apa dengan kerajaan majapahit dan masih banyak lagi yang lain termasuk terdapat sebelah telapak kaki anak-anak diatas batu namun keberadaannya tertupi oleh pepohonan dan semak sehingga sulit untuk di jumpai, yang perlu diperhatikan mengenai tempat ini adalah bagaimanamenata dan menjaga serta melestarikan bangunan maupun hutan, tumbuhan , satwa yang ada disekitar bukit agar dapat terjaga dengan baik.
sumber pendukung artikel: palohupdate, pesisirpaloh, sambas.go.id.
Patut di apresiasi kepada penulis,di zaman modern yang serba digital seperti sekarang ini cerite tentang sejarah berdiri nya sambas dan cerita cerita rakyat yang ada di dalam nye perlahan di tinggalkan oleh para kaum milenial mereka lebih terobsesi ke pada kebiasaan barat sehingga lupa akan adat budaya daerahnya.untuk kedepan nya,di harap kan kepada penulis untuk bekerja sama dengan pemda sambas serta sekolah yang ada di lingkungan pemda sambas dalam rangka mengingat dan lebih mengenal adat,budaya serta asal usul berdirinya sambas melalui kurikulum muatan lokal (mulok) di sekolah.🙏
BalasHapus