Sepotong Sejarah Kerajaan Raden Janur - Tan Unggal - Ratu Sepudak
ilustrasi Kerajaan Paloh |
misterpangalayo.com - Sebelumnya saya sudah membahas tentang sebuah kerajaan tua pra-Islam di Binua (wilayah) Sambas yaitu Kerajaan Wijayapura yang terletak di Sungai Rejang dan Kerajaan Nek Riuh yang didirikan oleh Nek Riuh yang notebane-nya adalah suku Dayak Bakati Rara di Binua Sambas.
Kerajaan Sambas Kuno (Wijayapura) merupakan pendahulu Kerajaan Nek Riuh / Kerajaan Rara, sedangkan Kerajaan Nek Riuh merupakan pendahulunya Kerajaan Tan Unggal, sebagaimana halnya Kerajaan Kutai merupakan kerajaan pendahulu yang ditaklukan oleh Kesultanan Kutai. Tetapi Dinasti (garis keturunan) Raja-Raja Kerajaan Sambas Kuno mungkin saja berbeda dengan Dinasti / Nasab Raja-raja di Kerajaan Nek Riuh, begitu juga dengan Kerajaan Tan Unggal.
Sebelum berdirinya Kesultanan Sambas pada tahun 1671 M yang notebane-nya adalah sebuah kerajaan Islam yang berdiri di muara Ulakan, telah berdiri kerajaan-kerajaan bercorak Hindu di Binua Sambas yang menguasai wilayah Sungai Sambas dan sekitarnya. Berdasarkan data-data yang ada saat ini, urutan kerajaan yang pernah berdiri di Binua Sambas sampai dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, adalah:
- Kerajaan Wijaya Pura sekitar abad 7 M - 9 M.
- Kerajaan Nek Riuh sekitar abad 13 M - 14 M.
- Kerajaan Tan Unggal sekitar abad 15 M.
- Panembahan Sambas (Ratu Sepudak) pada abad 16 M.
- Kesultanan Sambas pada abad 17 M - 20 M.
Secara otentik Kerajaan Nek Riuh tercantum dalam kitab Negarakertagama karya agung Mpu Prapanca pada masa Majapahit (1365 M) di bawah Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, yang menyatakan bahwa salah satu tanah jajahan Kerajaan Majapahit di Pulau Kalimantan adalah sebuah kerajaan yang mana rajanya memanggil dirinya “Nek Riuh”. Kerajaan Nek Riuh di Sambas adalah sebuah kerajaan Dayak yang bercorak Hindu.
Baca juga: Jejak Sejarah Kerajaan Nek Riuh Di Sambas
Pupuh XII buku Negara Kertagama menyebutkan:
“Lwas dengan Samudra serta Lamuri Batam, Lampung dan juga Barus itulah terutama negara-negara Melayu yang telah tunduk. Negara-negara dipulau Tanjungpura : Kapuas-Katingan, Sampit, Kota Lingga, Kota Waringin, Sambas, lawai ikut tersebut.
Pupuh XIV :
“Kandadangan, Landa, Samadang dan Tirem tak terlupakan Sedu, Berune(ng), Kalka, Seludung, solot dan juga pasir Barito, Sawaku, Tabalung, ikut juga Tanjung Kutei, Matano tetap yang terpnting dipulau Tanjungpura.”
Dalam buku “Sejarah perjuangan Kalimantan Barat “ yang ditulis oleh Mahrus Effendy mengenai sejarah kerajaan Melayu dikatakan bahwa pada tahun 1497 M di Kalimantan Barat tepatnya daerah Paloh telah ada sebuah kerajaan Hindu yang diperintah oleh seorang raja bernama Ratu Gipang. Sebelum raja ini telah bertahta, pendahulunya adalah seorang bangsawan Majapahit bernama Wiqrama Whardana yang menjadikan Paloh sebagai pangkalan pendaratan bagi pasukan Majapahit.
Informasi paling awal yang dapat di ketahui tentang sejarah Sambas adalah berkenaan dengan sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang Ratu (gelar raja laki-laki) bernama Raden Janur yang terletak di Paloh pada akhir abad ke-13 (menurut Uray Jalalludin Yusuf Datuk Ronggo sekitar 1291 M). Paloh merupakan wilayah paling utara kabupaten Sambas yang sering di gelari sebagai Negri Orang Kebenaran atau NOK (Orang Alam atau OAA/Khaya-angan),dan merupakan dari wilayah Negri Sarawak kuno.
Raden Janur Dan Mustika Bintang
Di ceritakan bahwa pada suatu malam ia telah kejatuhan batu meteor bercahaya sebesar buah kelapa yang dinamakan Mustika Bintang. Batu “Ajaib” dari langit itu tentu diyakini memiliki banyak Khasiat dan keutamaannya.
Peristiwa aneh itu tersebar luas keseluruh Nusantara hingga ke Majapahit, Prabu Majapahit memerintahkan pasukanya untuk mendapatkan “Mustika Bintang” tersebut. Minat untuk memiliki benda tersebut menjadi alasan utama Prabu Majapahit mengirim pasukannya ke Sambas.
Pada tahun 1294 tibalah rombongan dari majapahit di Pangkalan Djawi yang sekarang disebut dengan Jawai. Pada awalnya kedatangan Prabu Majapahit disambut baik oleh Raden Janur, tetapi tatkala dinyatakan maksud kedatangan rombongan dari Kerajaan Majapahit itu semata-mata hendak meminta mustika bintang, maka Raden Janur tidak mau memberikan Mustika Bintangnya.
Karena ditolak mentah-mentah oleh Raden Janur, akhirnya terjadilah pertempuran yang dahsyat antara pasukan Majapahit dengan kerajaan yang dipimpin oleh Raden Janur. Majapahit masih bersikeras ingin merebut Mustika Bintang itu.
Lokasi pertempuran antara pasukan Majapahit dengan pasukan Raden Janur tepatnya berada di sebuah kampung yang sekarang dikenal dengan Kartiasa. Ketika perang sedang berkecamuk dengan hebatnya, diantara angkatan (prajurit) majapahit ada yang melarikan diri ke Teluk Keramat.
Raden Janur sedih melihat banyak korban mati sia-sia hanya karena sebuah Mustika Bintang miliknya, ia pun pergi ke hutan meninggalkan istananya, kemudian menghilang dan di yakini menjadi “Orang Kebenaran” atau disingkat dengan “OK”/ Orang Halus disingkat dengan “OH” (Rahman:14).
Menurut cerita, Pasukan Majapahit tersebut tidak kembali ke negeri asalnya di Pulau Jawa tetapi hidup berbaur dengan masyarakat setempat dengan menikahi perempuan pribumi sana dan sejak itulah terbentuk kekuasaan di daerah Sambas, di pimpin oleh Raja yang berkebangsaan Majapahit yang memeluk agama Hindu dan Budha. Kerajaan pertama terletak di Paloh yaitu dengan merebut dan melanjutkan kekuasaan yang telah di tinggalkan oleh Raden Janur.
Kemudian pada pertengahan abad ke-15 pusat kerajaan di pindahkan ke kota Lama di Benua Bantanan-Tempapan, Kecamatan Teluk Keramat. Di antara penguasa yang terkenal pada saat itu disana adalah Raja Tang Nunggal, Ratu Gipang, dan Ratu Sepudak bersama saudaranya Timbang Paseban yang berkuasa sejak 1550 (Rahman:15).
Peristiwa aneh itu tersebar luas keseluruh Nusantara hingga ke Majapahit, Prabu Majapahit memerintahkan pasukanya untuk mendapatkan “Mustika Bintang” tersebut. Minat untuk memiliki benda tersebut menjadi alasan utama Prabu Majapahit mengirim pasukannya ke Sambas.
Pada tahun 1294 tibalah rombongan dari majapahit di Pangkalan Djawi yang sekarang disebut dengan Jawai. Pada awalnya kedatangan Prabu Majapahit disambut baik oleh Raden Janur, tetapi tatkala dinyatakan maksud kedatangan rombongan dari Kerajaan Majapahit itu semata-mata hendak meminta mustika bintang, maka Raden Janur tidak mau memberikan Mustika Bintangnya.
Karena ditolak mentah-mentah oleh Raden Janur, akhirnya terjadilah pertempuran yang dahsyat antara pasukan Majapahit dengan kerajaan yang dipimpin oleh Raden Janur. Majapahit masih bersikeras ingin merebut Mustika Bintang itu.
Lokasi pertempuran antara pasukan Majapahit dengan pasukan Raden Janur tepatnya berada di sebuah kampung yang sekarang dikenal dengan Kartiasa. Ketika perang sedang berkecamuk dengan hebatnya, diantara angkatan (prajurit) majapahit ada yang melarikan diri ke Teluk Keramat.
Raden Janur sedih melihat banyak korban mati sia-sia hanya karena sebuah Mustika Bintang miliknya, ia pun pergi ke hutan meninggalkan istananya, kemudian menghilang dan di yakini menjadi “Orang Kebenaran” atau disingkat dengan “OK”/ Orang Halus disingkat dengan “OH” (Rahman:14).
Menurut cerita, Pasukan Majapahit tersebut tidak kembali ke negeri asalnya di Pulau Jawa tetapi hidup berbaur dengan masyarakat setempat dengan menikahi perempuan pribumi sana dan sejak itulah terbentuk kekuasaan di daerah Sambas, di pimpin oleh Raja yang berkebangsaan Majapahit yang memeluk agama Hindu dan Budha. Kerajaan pertama terletak di Paloh yaitu dengan merebut dan melanjutkan kekuasaan yang telah di tinggalkan oleh Raden Janur.
Kemudian pada pertengahan abad ke-15 pusat kerajaan di pindahkan ke kota Lama di Benua Bantanan-Tempapan, Kecamatan Teluk Keramat. Di antara penguasa yang terkenal pada saat itu disana adalah Raja Tang Nunggal, Ratu Gipang, dan Ratu Sepudak bersama saudaranya Timbang Paseban yang berkuasa sejak 1550 (Rahman:15).
Diceritakan pula bahwa pada suatu hari sang Raja bertamasya kepulau “Lemukutan” dipulau itu sayup-sayup terdengar ditelinga raja bunyi tangisan bayi. Seluruh rombongan disuruh mencari dari mana datangnuya suara tersebut.
Setelah lama mencari akhirnya diketahui suara tersebut berasal dari sebuah rumpun bambu. Bambu tersebut dipotong lalu dibawa pulang keistana dan pada malamnya bambu tersebut dibelah dan betapa terkejutnya semua yang melihat kejadan tersebut, ternyata pada salah satu ruas bambu yang dibelah berisi seorang bayi laki-laki.
Bayi tersebut akhirnya dipelihara raja bersama anaknya. Kian hari tumbuh berkembang dengan sehat, namun sangat disayangkan ia hanya mempunyai sebuah gigi layaknya seperti gigi labi labi. Karena itu ia diberi nama “Tang Nunggal” (Hanya Bergigi Tunggal).
Setelah lama mencari akhirnya diketahui suara tersebut berasal dari sebuah rumpun bambu. Bambu tersebut dipotong lalu dibawa pulang keistana dan pada malamnya bambu tersebut dibelah dan betapa terkejutnya semua yang melihat kejadan tersebut, ternyata pada salah satu ruas bambu yang dibelah berisi seorang bayi laki-laki.
Bayi tersebut akhirnya dipelihara raja bersama anaknya. Kian hari tumbuh berkembang dengan sehat, namun sangat disayangkan ia hanya mempunyai sebuah gigi layaknya seperti gigi labi labi. Karena itu ia diberi nama “Tang Nunggal” (Hanya Bergigi Tunggal).
Legenda Lemukutan (Lay Muk Tan)
BalasHapushttps://www.youtube.com/watch?v=cmh4iRMgrl8