Pengertian dan Sejarah Melayu Sambas
misterpangalayo.com - Kecil Telapak Tangan, Nyiru Kami Tadahkan. Suku Melayu Sambas (Suku Sambas) adalah suku bangsa atau etnoreligius Muslim yang berbudaya melayu dan menempati sebagian besar wilayah Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kota Singkawang dan sebagian kecil Kabupaten Mempawah - Kalimantan Barat. (wikipedia)
Secara linguistik Suku Melayu Sambas merupakan bagian dari rumpun Suku Melayu Tua, bisa saja sebagai Melayik tertua yang dituturkan oleh 3 suku Dayak : Dayak Meratus/Bukit (alias Banjar arkhais yang digolongkan bahasa Melayu), Dayak Iban dan Dayak Kendayan (Kanayatn). (wikipedia)
Di sini penulis akan memberikan gambaran atau catatan kecil mengenai sejarah Kalimantan Barat, yang lebih khususnya pada Melayu Sambas. Dan Melayu (bahasa Melayu) merupakan bahasa utama dan bahasa asal dari variasi-variasi bahasa Melayu yang tersebar di dunia sekarang ini.
Ronald Provencher mengatakan bahwa akar kata Melayu berasal dari “layu” yang berasal dari bahasa Melayu Johor: Layar, dan melayu Minang “layo”, yang berarti layar. Dari kata akar kata tersebut dapat disimpulkan bahwa, kata melayu berarti menunjukkan sebuah kerajaan yang berada di Jambi. Atau bisa pula diartikan terkait dengan istilah “layar”, mengisyaratkan bahwa orang-orang melayu merupakan sebutan bagi para pelaut, yang notabene lazim dilakukan oleh para nelayan dan pedagang.(Munawar M. Saad, 2003:12)
Adapun secara terminologi, kata melayu diartikan sebagai orang yang berbahasa Melayu, berperikehidupan dengan budaya Melayu, berperikehidupan dengan budaya Melayu dan beragam Islam. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Leonard adanya, “one who speaks Malay habitually, practices melay culture, and is a Moslem; dari penjelasan Leonard tersebut, yang menarik adalah pengidentikan antara melayu dan silam. Melayu dan islam merupakan dua hal yang sukar untuk dipisahkan. (Munawar M. Saad, 2003:13)
Suku melayu di Kalimantan pada hakikatnya terbagi menjadi dua yaitu orang melayu “asli” yang berasal dari Sumatera atau semenanjung Malaka dan yang berasal dari orang Dayak (melayu-Dayak). Kini mereka tidak lagi dapat dibedakan mana yang “asli” Melayu dan mana yang bukan.
Pendapat ini diperkuat oleh pendapat Chairil Effendy, bahwa melayu Sambas mempunyai hubungan yang sangat erat dengan orang-orang Tionghoa. Pada abad XVI-XVIII, bangsa Tionghoa dari Cina diundang masuk Kalbar oleh kesultanan Melayu Mempawah dan Sambas untuk mengolah penambangan emas. Kehadiran bangsa Cina memberi corak baru bagi peradapan dikalimantan Barat. Perdasarkan penuturan cerita-cerita rakyat Melayu di Sambas, orang Tionghoa ahli dalam hal pertukangan, sedangkan orang Melayu sambas ahli dalam ilmu kebatinan.
Versi kedua, berpendapat bahwa “sambas” berasal dari kata sam’an (sam) artinya dengarkanlah; dan Basmasalah (bas) artinya dengan nama Allah. Jadi sambas artinya “Dengarkanlah dengan nama Allah” atau” dengarkan dan jalankan pemerintah kerajaan Islam hanya karena Allah semata”.
Pendapat ini tampaknya lebih dipengaruhi oleh ajaran Islam yang dianut oleh sebagian masyarakat Sambas. Ajaran islam yang menekankan pada kejujuran, sopan santun, kebersihan, kasih sayang, dan tertib hukum sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian Melayu Sambas. Duarte Barbosa (1518M) mengatakan, “mereka itu bersih dan berketurunan baik, sangat gemar akan musik, dan sangat berkasih sayang”. Vallentiin (1712M) menyatakan,” mereka terbuka kepada siapa saja yang datang . ini tercermin dalam pribahasa Melayu Sambas "kecil telapak tangan, nyiru kami tadahkan". Artinya menunjukkan sikap keikhlasan yang besar.
Versi ketiga menyatakan, Kota Sambas berasal dari Paloh (kecamatan). Di Paloh terdapat kerajaan orang “kebanaran” (kerajaan makhluk halus)”. Orang melayu yang pertama kali kawin dengan orang “kebanaran” bernama Syamsuddin (laki-laki) dan orang kedua yang menikah dengan orang ‘kebanaran’ bernama Saribas, orang Dayak karena sama manusia, Syamsudin dan Saribas bersahabat. Melihat Syam bertingkah sedemikian, istrinya tidak senang dan tidak tampak lagi oleh manusia. Akhirnya syam terus mengikuti kemanapun saribas pergi.
Dalam satu perjalanan setibanya disimpang tiga sungai Tibarau (kini disebut ulakan). Syam dan Saribas berjanji bersahabat dan tidak saling menimpa sesamanya dan sama rata, serta tidak boleh ada pertikaian antara suku Melayu “orang laut” dan dayak “orang darat”. Mereka membuang batu ke sungai dan sama berjanji “jika timbul batu ini, barulah kami urang darat melawan orang laut”. Tempat batu tersebut dibuang membentuk pusaran air yang disebui ulakan (kini masih ada dan dinamakan Muare Ulakkan). Sejak itulah syamsudin dan Saribas bersahabat. Kota sambas diambil dari Sam (Syamsuddin) dan Bas (Saribas).
Berdasarkan latar belakang sejarahnya, Sambas adalah sebuah kerajaan Islam yang mempunyai masyarakat yang kental dengan nilai-nilai Keislamannya. Hal ini diperkuat lagi dengan lahirnya ulama-ulama terkenal seperti Syekh Ahmad Khatib Sambasi, maha raja imam sambas H. Muhammad Basiuni Imran serta beberapa ulama lainnya yang menjadi panutan umat islam Sambas dan kerajaan-kerajaan lain di sekitarnya, sehingga sambas saat itu dijuluki “Serambi Mekkah”.
People Portraits of Women |
Suku melayu di Kalimantan pada hakikatnya terbagi menjadi dua yaitu orang melayu “asli” yang berasal dari Sumatera atau semenanjung Malaka dan yang berasal dari orang Dayak (melayu-Dayak). Kini mereka tidak lagi dapat dibedakan mana yang “asli” Melayu dan mana yang bukan.
Pendapat ini diperkuat oleh pendapat Chairil Effendy, bahwa melayu Sambas mempunyai hubungan yang sangat erat dengan orang-orang Tionghoa. Pada abad XVI-XVIII, bangsa Tionghoa dari Cina diundang masuk Kalbar oleh kesultanan Melayu Mempawah dan Sambas untuk mengolah penambangan emas. Kehadiran bangsa Cina memberi corak baru bagi peradapan dikalimantan Barat. Perdasarkan penuturan cerita-cerita rakyat Melayu di Sambas, orang Tionghoa ahli dalam hal pertukangan, sedangkan orang Melayu sambas ahli dalam ilmu kebatinan.
Versi kedua, berpendapat bahwa “sambas” berasal dari kata sam’an (sam) artinya dengarkanlah; dan Basmasalah (bas) artinya dengan nama Allah. Jadi sambas artinya “Dengarkanlah dengan nama Allah” atau” dengarkan dan jalankan pemerintah kerajaan Islam hanya karena Allah semata”.
Pendapat ini tampaknya lebih dipengaruhi oleh ajaran Islam yang dianut oleh sebagian masyarakat Sambas. Ajaran islam yang menekankan pada kejujuran, sopan santun, kebersihan, kasih sayang, dan tertib hukum sangat berpengaruh dalam pembentukan kepribadian Melayu Sambas. Duarte Barbosa (1518M) mengatakan, “mereka itu bersih dan berketurunan baik, sangat gemar akan musik, dan sangat berkasih sayang”. Vallentiin (1712M) menyatakan,” mereka terbuka kepada siapa saja yang datang . ini tercermin dalam pribahasa Melayu Sambas "kecil telapak tangan, nyiru kami tadahkan". Artinya menunjukkan sikap keikhlasan yang besar.
Versi ketiga menyatakan, Kota Sambas berasal dari Paloh (kecamatan). Di Paloh terdapat kerajaan orang “kebanaran” (kerajaan makhluk halus)”. Orang melayu yang pertama kali kawin dengan orang “kebanaran” bernama Syamsuddin (laki-laki) dan orang kedua yang menikah dengan orang ‘kebanaran’ bernama Saribas, orang Dayak karena sama manusia, Syamsudin dan Saribas bersahabat. Melihat Syam bertingkah sedemikian, istrinya tidak senang dan tidak tampak lagi oleh manusia. Akhirnya syam terus mengikuti kemanapun saribas pergi.
Dalam satu perjalanan setibanya disimpang tiga sungai Tibarau (kini disebut ulakan). Syam dan Saribas berjanji bersahabat dan tidak saling menimpa sesamanya dan sama rata, serta tidak boleh ada pertikaian antara suku Melayu “orang laut” dan dayak “orang darat”. Mereka membuang batu ke sungai dan sama berjanji “jika timbul batu ini, barulah kami urang darat melawan orang laut”. Tempat batu tersebut dibuang membentuk pusaran air yang disebui ulakan (kini masih ada dan dinamakan Muare Ulakkan). Sejak itulah syamsudin dan Saribas bersahabat. Kota sambas diambil dari Sam (Syamsuddin) dan Bas (Saribas).
Berdasarkan latar belakang sejarahnya, Sambas adalah sebuah kerajaan Islam yang mempunyai masyarakat yang kental dengan nilai-nilai Keislamannya. Hal ini diperkuat lagi dengan lahirnya ulama-ulama terkenal seperti Syekh Ahmad Khatib Sambasi, maha raja imam sambas H. Muhammad Basiuni Imran serta beberapa ulama lainnya yang menjadi panutan umat islam Sambas dan kerajaan-kerajaan lain di sekitarnya, sehingga sambas saat itu dijuluki “Serambi Mekkah”.
Nur Rabiyah
Tidak ada komentar:
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : raditmananta@gmail.com
+Twitter : @raditmananta
Tata Tertib Berkomentar di blog misterpangalayo:
1. Gunakan Gaya Tulisan yang Biasa-biasa Saja
2. Tidak Melakukan Komentar yang Sama Disetiap Postingan
3. Berkomentar Mengandung Unsur Sara Tidak di Anjurkan