Problematika Klasifikasi Suku Sambas Antara Dayak atau Melayu
misterpangalayo.com - Jas Merah, Jangan (Pernah) Melupakan Sejarah. Sejarah secara sempit adalah sebuah peristiwa manusia yang bersumber dari realisasi diri, kebebasan dan keputusan daya rohani. Sedangkan secara luas, sejarah adalah setiap peristiwa (kejadian). Sejarah adalah catatan peristiwa masa lampau, studi tentang sebab dan akibat. Sejarah kita adalah cerita hidup kita.
Suku Sambas atau Urang Sambas (Melayu Sambas) adalah suku asli Kalimantan yang mendiami sebagian besar wilayah Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kota Singkawang dan sebagian kecil Kabupaten Mempawah - Kalimantan Barat dan populasi Urang Sambas juga dapat ditemui di wilayah Provinsi Riau Kepulauan dan Sarawak Malaysia.
Berdasarkan sensus penduduk 2010 Urang Sambas (Melayu Sambas) berjumlah 12% dari penduduk Kalimantan Barat dan sisanya Urang Sambas berada di perantauan.
Suku Sambas (Melayu Sambas) merupakan bagian dari rumpun Suku Dayak, khususnya dayak rumpun Melayik yang dituturkan oleh 3 suku Dayak : Dayak Meratus/Bukit (alias Banjar arkhais yang digolongkan bahasa Melayu), Dayak Iban dan Dayak Kendayan (Kanayatn). Tidak termasuk Banjar, Berau, Kedayan (Brunei) dan Senganan yang dianggap berbudaya Melayu. Sekarang beberapa suku berbudaya Melayu yang sekarang telah bergabung dalam suku Dayak adalah Kutai, Tidung dan Bulungan (keduanya rumpun Borneo Utara) serta Paser (rumpun Barito Raya).
Pada mulanya, istilah “Sambas” merujuk pada suatu nama tempat bermukimnya masyarakat asli Kalimantan atau Dayak dan nama kerajaan yang berada di persimpangan 3 (tiga) sungai yang disebut Muara UIakan. Suku Sambas (Melayu Sambas) berdasarkan jenisnya adalah termasuk suku melayu tua sebagaimana Suku Dayak di Kalimantan Barat. Oleh karena itu secara fisik Suku Sambas mirip dengan Suku Dayak rumpun Melayik. Lambat laun,”Sambas” menjadi nama suku, persis seperti sebutan “Dayak” yang juga merupakan penyebutan orang-orang Belanda.
Hubungan Kekerabatan Suku Sambas (Melayu Sambas) dengan Suku Dayak diceritakan juga dalam tradisi lisan Suku Dayak dengan berbagai versi di beberapa subsuku rumpun Melayik (karena masing - masing subsuku memiliki sejarah tersendiri).
Sulitnya data semakin mempersulit para peneliti untuk mencari jejak asal muasal Suku Sambas (Melayu Sambas). Membuat hasil penelitian terlihat ambigu bahkan samar. Peneliti seringkali mengklasifikasikan berdasarkan bahasa, sedangkan menurut orang Kutai dan Tunjung-Benuaq mengenal tradisi lisan yang mengklasifikasikan golongan berdasarkan budaya dan sejarah budayanya serta geneologi. Oleh karena itulah Suku Sambas diklasifikasikan ke dalam suku Dayak berbudaya Melayu.
ETIMOLOGI
Pada awalnya Sambas bukanlah nama suku, akan tetapi nama tempat/wilayah dan nama Kerajaan yang berada tepat di pertemuan 3 sungai yaitu sungai Sambas Kecil, sungai Subah dan sungai Teberau yang lebih dikenal dengan Muara Ulakan. Seluruh masyarakat asli Kalimantan sendiri sebenarnya adalah Serumpun, Antara Ngaju, Maanyan, Iban, Kenyah, Kayatn, Kutai ( Lawangan - Tonyoi - Benuaq ), Banjar ( Ngaju, Iban , maanyan, dll ), Tidung, Paser, dan lainnya. Hanya saja Permasalahan Politik Penguasa dan Agama menjadi jurang pemisah antara keluarga besar ini. Mereka yang meninggalkan kepercayaan lama akhirnya meninggalkan adatnya karena lebih menerima kepercayaan baru dan berevolusi menjadi Masyarakat Melayu Muda.
Khususnya dalam Islam maupun Nasrani, hal - hal adat yang bertolak belakang dengan ajaran akan ditinggalkan. Sedangkan yang tetap teguh dengan kepercayaan lama disebut dengan Dayak. Adat-istiadat lama Suku Melayu Sambas banyak kesamaan dengan adat-istiadat Suku Dayak rumpun Melayik misalnya; tumpang 1000, tepung tawar, dan lainnya yang bernuansa Hindu.
Perubahan Suku Sambas (Melayu Sambas) secara drastis setelah masuk Islam, hampir menghapus jejak asal muasalnya Suku asli yang mendiami pulau Kalimantan yaitu Dayak. Kebudayaan Melayu yang dianggap lebih "beradab", membantu menghilangkan budaya Dayak pada Suku Sambas (Melayu Sambas) dengan cepat. Sehingga Sambas yang dahulunya beragama Hindu Kaharingan kehilangan jejak Kaharingan, walaupun sebagian kecil ada yang tersisa. Akibatnya orang lebih yakin Sambas adalah Melayu, padahal tidaklah demikian. Tentu saja segala hal dalam adat lawas dianggap syirik (bertentangan dengan agama) jadi harus dimusnahkan dan ditinggalkan.
Setelah masuknya Islam, terjadi perubahan secara drastis dalam tatanan kehidupan Suku Sambas (Melayu Sambas), yang cukup signifikan menghapus jejak tradisi yang diwariskan leluhur mereka. Merebak secara luas kecenderungan yang menganggap bahwa kebudayaan Melayu yang masuk bersama Islam lebih “beradab”, sehingga “budaya Dayak” pada Suku Sambas mulai tersisih. Sebagai akibat, hari ini banyak orang yang mengidentikan suku Sambas sebagai bagian ras Melayu (muda). Secara teoritis, para peneliti memberikan istilah “suku Dayak berbudaya Melayu” untuk mewakili keunikan suku Sambas tersebut.
Dewasa ini, berdasarkan kajian dengan pendekatan sejarah, asal usul masyarakat yang sekarang disebut Melayu Sambas adalah hasil asimilasi beberapa suku bangsa di Nusantara yaitu yang sekarang disebut Melayu Sambas adalah asimilasi dari Orang Melayu (yang datang dari Sumatera dan Semenanjung Malaya sekitar abad ke-5 M hingga 9 M pada masa Kerajaan Malayu atau masa awal Kerajaan Sriwijaya), Orang Dayak (penduduk lebih awal yang secara turun temurun sebelumnya telah mendiami Sungai Sambas dan percabangannya), Orang Jawa (yaitu serombongan besar Bangsawan Majapahit keturunan Wikramawardhana bersama para pengukutnya yang melarikan diri secara boyongan dari Majapahit karena perang sesama Bangsawan di Majapahit pada awal abad ke-15 M yang kemudian mendirikan sebuah Panembahan di wilayah Sungai Sambas) serta Orang Bugis (para Nakhoda dan pembuat kapal bersama keluarganya dari Sulawesi yang kemudian membentuk sebuah perkampungan Bugis yang bekerja untuk Sultan-Sultan Sambas pada masa awal dan pertengahan Kesultanan Sambas).
BAHASA SAMBAS
Secara administratif, Suku Sambas (Melayu Sambas) merupakan suku baru yang muncul dalam sensus tahun 2000 dan sebelumnya suku Sambas tergabung ke dalam suku Melayu pada sensus 1930 serta meningkatnya status dari sebuah dialek menjadi bahasa kesukuan yaitu Bahasa Suku Sambas.
Beberapa kata bahasa Sambas masih memiliki kesamaan dengan bahasa Kalimantan lainnya. Kemungkinan suku Sambas masih berkerabat dengan suku Dayak rumpun Melayik (terutama pada masyarakat Kanayatn). Karena suku Sambas (Melayu Sambas) beragama Islam dan mengembangkan kerajaan Islam sehingga tidak dianggap sebagai suku Dayak, tetapi dikategorikan suku yang berbudaya Melayu (hukum adat Melayu) seperti suku Banjar, suku Kutai, Suku Tidung dan suku Pasir.
Keunikan Bahasa Sambas (Melayu Sambas) adalah pengucapan huruf ganda seperti dalam Bahasa [Melayu] Berau di Kalimantan Timur, seperti pada kata 'bassar' (artinya besar dalam bahasa indonesia). Bahasa Melayu Sambas banyak dipengaruhi oleh Bahasa Melayu Serawak, Bahasa Dayak Kendayan, Bahasa Dayak Laut (Iban), Bahasa Banjar, Bahasa Jawa, serta Bahasa-Bahasa yang dituturkan di Filipina. Bahasa ini mempunyai persamaan dengan Bahasa Melayu Brunei serta Bahasa Melayu Ngabang yang dipertuturkan di kawasan berhampiran, berbanding dengan Bahasa Melayu yang digunakan di Semenanjung Malaya.
Sementara itu Bahasa Sambas sangat mirip dengan Bahasa Melayu Sarawak dan sekitarnya. Kemungkinan teori yang di sampaikan oleh peneliti Brunei dan Eropa bahwa Bahasa Melayu berasal dari Pulau Kalimantan merujuk dari kesamaan kosa kata yang beragam.
Bahasa Sambas itu sendiri merupakan bahasa yang hampir mencakup bahasa yang ada di pulau Kalimantan. Bahasa Melayu Sambas mempunyai beberapa dialek, antaranya Dialek E dan O. Bahasa Melayu yang dipetuturkan di Kota Sambas yang mendekati dengan Bahasa Melayu Ngabang dan Dayak Banyuke serta Pontianak, dialek bekas daerah Panembahan Sambas yang berada di Kecamatan Teluk Keramat kemungkinan mempunyai pengaruh Bahasa Sambas dengan Bahasa Jawa merujuk sejarah dari Panembahan Sambas yang didirikan oleh Raja dari Kerajaan Majapahit yang melarikan diri beserta rombongannya, maka Bahasa Sambas sekitar kawasan Teluk Keramat, Sajad, dan Paloh mempunyai pengaruh Bahasa Jawa.
Bahasa Melayu Sambas
|
Bahasa Melayu Sarawak
|
Bahasa Melayu Standar
|
Aku / Kamek
|
Kamek
|
Saya
|
Kau / Direk
|
Kitak
|
Kamu
|
Die / Nye
|
Nya
|
Dia
|
Aok / Auk
|
Aok/Auk
|
Iya
|
Ndak / Da’an
|
Sik
|
Tidak/Tak
|
Sik an / Disik
|
Sik Ada
|
Tidak Ada
|
Ngape
|
Kenak
|
Kenapa
|
Sitok
|
Sitok
|
Sini
|
Sinun
|
Sinun
|
Sana
|
Sie
|
Sia
|
Sine
|
Mane
|
Ne
|
Mana
|
Madah / Padah
|
Madah
|
Mengadu / Beritahu
|
Ngomong
|
Kelakar
|
Berbicara / berbincang
|
Biak ye
|
Sidaknya
|
Mereka
|
Urrang
|
Sidak
|
Orang
|
Punye
|
Empun
|
Punya
|
Kin itok
|
Kinektok
|
Sekarang
|
Dudi
|
Dudi
|
Kemudian
|
Ye
|
Ya
|
Itu
|
Simari / Simare’
|
Ari Marek
|
Kemarin
|
Ari Ye
|
Ari Ya
|
Hari Itu
|
Biak
|
Mbiak/Biak/Miak
|
Anak
|
Melayu
|
Dialek [Melayu] Sambas
|
Berau
|
Banjar
|
Brunei
|
orang
|
urang
|
urang
|
urang
|
uang
|
tengah
|
tangah
|
tangah
|
tangah
|
tangah
|
besar
|
bassar
|
bassar
|
basar
|
basar
|
emak
|
ummak
|
-
|
uma
|
-
|
air
|
ae'
|
air
|
banyu/aing
|
aing
|
rakit
|
lanting
|
lanting
|
lanting
|
lanting
|
karat besi
|
tagar
|
tagar
|
tagar
|
tagar
|
yang
|
nang
|
yang
|
nang
|
yang
|
bungsu
|
bussu
|
busu
|
busu
|
-
|
Sangat menambah pengetahuan saye sbg suku sambas
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTerima Kasih sudah berkunjung.
BalasHapusDi Kalbar kita lbh familiar disebut melayu Sambas.
tapi skrg status kita meningkat menjadi suku tersendiri... menjadi suku sambas.... suku asli kalimantan yg berbudaya melayu... seperti suku banjar.... tidung... berau.... kutai..... mereka juga berbudaya melayu sama seperti sambas....
Udh banyak postingan abg yg saye bace, hampir semue
HapusBangga
Udh banyak postingan abg yg saye bace, hampir semue
HapusBangga
Waah mantap... makasih insanak.... syukor mun menambah wawasan direk .....
Hapusiye bg,,, bgus2 iseknye.. bleh kh bile2 request bg? bg inyan k ad urrang dayak yg ad ekoknye.. kwan2 sye be rate btanyak.... mksh bg
BalasHapustadak lah, merampot jak tu, Tuhan menciptakan manusia dengan fisik yang sempurna dibanding makhluk hidup lainnya
HapusPenelusuran sejarah suku Melayu Sambas memang membutuhkan penggalian yg lebih serius, TDK hanya masalah bahasa, tetapi juga artefak spt bangunan arsitektur, kearifan lokal yg mrpn mutiara filsofis yg sangat kaya.
BalasHapusnah betul sekali tu mas,, perlu digali lebih dalam dari berbagai sisi. Tidak monoton hanya karna segi bahasa. Faktor adat istiadat, geografis, dll merupakan pertimbangan untuk memperkaya data
HapusSalut utk misterpanglayo, kalau boleh tahu nama aslinya siapa ya?
BalasHapusAditya mas... mahasiswa tingkat akhir STMIK PONTIANAK
Hapuskate EMPUN jarang kanak pakai kinitok... cuman uwan ku yang karap makai nye ... kate emoun di ganti dg nok . contoh nok sape tok / siape empun nye
BalasHapusmun di kota2 dah banyak baur bebaur bahase,,,, indonesia disambaskan,,, tapi mun di kampong2 masih blm becampor baur bahase,, maseh asli,,,,,,
Hapussah heran mun di kota , banyak kosakata asing dibanding bahase asli.
contoh tok,,,,
bahasa sambas asli yaitu MALAR (bahase melayu: sering),, nah biak sambas kinitok banyak gunekan kate sering daripade malar....
Maaf, empun artinye ape? Aku orang Sambas tapi Daan paham empun ape artinye 🙏🏻
Hapus