CERITA RAKYAT SAMBAS: Si Topokng
Alkisah, pada zaman dahulu kala, di pedalaman Kerajaan Sambas, tepatnya di daerah Samalantan hiduplah seorang petani miskin bernama si Topokng. Ia tinggal bersama anak dan istrinya di sebuah rumah beratap daun rumbia. Walaupun hasil dari bertani tidak begitu cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, si Topokng juga mencari ikan di sungai bersama anaknya.
Suatu hari, memasuki masa panen padi, sang istri menyuruhnya mencari ikan untuk pelengkap nasi dari beras yang baru mereka panen. Si Topokng pun mengajak anaknya, mereka membawa peralatan seadanya.
Menurut masyarakat setempat, biasanya mereka mencari ikan dengan alat yang mengandung racun untuk membunuh ikan atau serangga. Tangguk, bubu, serampang yang dibuat dari besi atau kawat dan masih ada peralatan yang lain. Pencarian ikan dilakukan di sungai atau di danau pada saat musim kemarau.
Perjalanan yang mereka tempuh cukup jauh, mulai melewati hutan yang sangat lebat hingga naik gunung dan turun gunung. Akhirnya, sampailah si Topokng dan anaknya di sebuah sungai. Karena merasa lelah setelah melakukan perjalanan jauh, mereka pun beristirahat sejenak.
Tidak lama kemudian, si Topokng dan anaknya mencari lokasi yang diperkirakan banyak terdapat ikannya untuk menuba. Begitu tuba disebarkan, ikan-ikan banyak bermunculan ke permukaan karena mabuk oleh bau tuba yang menyengat. Bahkan, beberapa ikan besarpun banyak mati karena terkena tuba yang mereka sebar.
Melihat begitu banyaknya ikan yang mati akibat ulah si Topokng dan anaknya. Tiba-tiba air sungai bergerak dan bergelombang seakan membelah sungai. Gelombang air sungai seakan-akan merobek tebing sungai yang begitu curam. Bersamaan dengan itu, muncullah ikan raksasa dari dasar sungai, lalu berkata kepada si Topokng.
"Hai manusia, mengapa kamu membunuh kami?" kata Ikan Raksasa kepada si Topokng.
"Kami akan menangkap ikan-ikan yang ada di sungai ini, termasuk kamu untuk dijadikan makan malam." jawab si Topokng dengan spontan.
"Tentu saja kamu boleh menangkap ikan di sungai ini, tetapi sangat disayangkan menggunakan tuba. Lihat disekitarmu, akibat ulahmu banyak ikan yang mati. Kamu akan mendapatkan balasan atas perbuatanmu. Nanti ada musuhmu datang dan mengayau kepala kalian!!.." ancam sang Ikan Raksasa.
Beberapa hari kemudian, datang pasukan pasukan dari kampung sebelah. Mereka mencari orang yang telah menabur tuba di sungai. Sejak kejadian di sungai hari itu, mereka tidak pernah lagi mendapatkan ikan saat memancing. Warga kampung sebelah merasa sangat kesal saat mengetahui bahwa ikan banyak mati karena ada yang menebar tuba di sungainya. Mereka pun sepakat akan memenggal (mengayau) kepala pelakunya.
Si Topokng sangat ketakutan. Ia sangat menyesal atas perbuatannya dan memohon maaf kepada warga kampung sebelah. Tapi, nasi sudah menjadi bubur, air ludah yang sudah jatuh ke tanah tidak mungkin untuk dijilat kembali. Sumpah sudah diucapkan, mereka berpantang mencabut sumpah yang telah terucap. Si Topokng pun dipenggal kepalanya.
[wiranto]
Tidak ada komentar:
Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan kontak saya
+Email : raditmananta@gmail.com
+Twitter : @raditmananta
Tata Tertib Berkomentar di blog misterpangalayo:
1. Gunakan Gaya Tulisan yang Biasa-biasa Saja
2. Tidak Melakukan Komentar yang Sama Disetiap Postingan
3. Berkomentar Mengandung Unsur Sara Tidak di Anjurkan