Menyelami Malam di Wisata Alam Riam Ampang Bengkayang
misterpangalayo.com - Sejak pembatasan berskala kecil hingga besar oleh pemerintah saat pandemi Covid19, membuat gerak saya terbatas untuk melakukan perjalanan wisata antar pulau hingga antar negara. Tapi hal tersebut tidak membuat saya patah semangat untuk melepas penat dan menyejukkan pikiran akibat rutinitas kerja yang berkepanjangan. Staycation atau berlibur di dalam kota pun sudah saya lakukan bahkan Virtual Tour pun menjadi alternatif untuk jalan-jalan ke destinasi wisata yang tidak bisa saya jangkau.
Menyelami Malam di Wisata Alam Riam Ampang Bengkayang |
Awal tahun 2021 kemarin, saya istirahat sejenak dari rutinitas kerja, dan memanjakan mata dengan pemandangan alam, bagi saya hal tersebut mampu untuk me-refresh pikiran juga memulihkan energi. Wisata Alam di Kabupaten Bengkayang (Provinsi Kalimantan Barat) menjadi pilihan saya sejak berlakunya era new normal, berwisata menyambangi alam terbuka merupakan wisata yang aman dan sehat karena destinasi wisata yang jauh dari keramaian.
Kabupaten Bengkayang merupakan salah satu kabupaten di Kalimantan Barat yang mempunyai segudang destinasi wisata alam yang indah, unik dan menarik. Salah satunya adalah Wisata Alam Riam Ampang yang berlokasi di Dusun Dawar Desa Pisak dan secara administratif berada dalam wilayah Kecamatah Tujuh Belas. Sejatinya daerah yang dijuluki Bumi Sebalo ini terkenal dengan Negeri 1000 Riam karena bertebarannya riam di setiap sudut negeri ini, seperti Riam Pangar, Riam Berawatn, Riam Merasap, hingga Riam Palayo.
Perjalanan menuju ke Riam Ampang dari simpang pasar Sanggau Ledo |
Berangkat dari Kota Pontianak, saya dan teman-teman menuju destinasi wisata Riam Ampang melewati rute : Pontianak - Sungai Pinyuh - Menjalin - Toenang - Bengkayang - Lumar - Ledo - Sanggau Ledo. Perjalanan menggunakan sepeda motor dengan rute tersebut menempuh waktu 5 jam 46 menit atau 229 km. Sepanjang jalan memasuki Riam Ampang, kita akan disuguhkan dengan pemandangan bukit khas Bengkayang, aktivitas petani menjadi bingkai perjalanan. Adrenalin akan ditantang dengan turunan yang curam, pijakan tanah dan batu agak licin, apalagi ketika hujan, sehingga kita harus berhati-hati.
Perjalanan menyusuri jalan setapak menuju Riam Ampang |
Suara derasnya air terjun mulai terdengar, kita akan menuruni anak tangga untuk sampai ke permukaan air terjun (riam). Riam Ampang memiliki ketinggan di atas 10 meter dengan debit airnya yang cukup besar sehingga memenuhi kolam yang cukup luas di bawahnya. Berbeda dengan riam kebanyakan yang sering keruh di musim penghujan, air di Riam Ampang tetap jernih. Saat itu sedang banyak pengunjung yang berkunjung untuk bermain air dan bersantai.
Suasana siang hari di Riam Ampang berlatar rindangnya pepohonan menutupi riam |
Saat sang Surya sudah perlahan-lahan mulai tenggelam, semua pengunjung satu per satu meninggalkan area wisata. Alhasil yang tersisa adalah rombongan kami dan ada satu lagi rombongan dari Singkawang yang juga berencana camping di areal riam. Sebelum mentari benar-benar tenggelam, kami pun tidak ketinggalan menikmati jatuhan air yang deras, cipratan air yang membentuk embun, dan air yang mengalir dari kolam ke sungai kecil. Bak sebingkai foto, dari sudut manapun tetap terasa indah sebagai latar belakang swafoto.
Malam mulai menghiasi langit Bengkayang, petugas pengelola wisata alam Riam Ampang menyambangi para wisatawan yang berniat bermalam dan kami disuruh mengisi buku tamu, serta membayar uang kontribusi (parkir motor dan lainnya) sebesar IDR 10k. Setelah itu, kami pun membangun tenda tepat di pinggiran kolam menghadap air terjun. Selain membangun tenda, kita juga membangun hammock untuk sekedar bersantai dibawah langit Bengkayang yang berpagar bintang saat malam hari.
Pengunjung sudah meninggalkan area Riam Ampang, tenda mulai berdiri |
Tidak ada penerangan dikala malam tiba |
Teruntuk kamu yang ingin buang air kecil dan air besar, tersedia kamar mandi darurat permanen tak jauh dari lokasi kolam. Namun untuk air cuci sebaiknya kamu membawa air dari kolam dengan atribut seadanya (botol plastik atau ember jika ada). Malam semakin larut, kami hanya menikmati malam dengan ngemil, ngopi, dan bertukar cerita atau sesi curhat satu sama lain. Sesi api unggun dan lainnya terpaksa di cancel karena cuaca yang tidak bersahabat.
Tim Camping |
Keesokan harinya, pagi yang cerah membuat air di kolam yang jernih menjadi tampak kehijauan. Dinginnya air membuat kami sedikit malas menyentuh air. Kopi panas dan sarapan pagi sambil menikmati derasnya air terjun yang menimbulkan suara khas. Mentari semakin naik, dan cahaya matahari sedikit menghangatkan tubuh, kami pun memberanikan diri untuk mandi dan bermain air di kolam. Setelah usai bermain air, kami bersiap-siap berkemas untuk selanjutnya mengunjungi Riam Pangar dan Riam Merasap. Sayonara…….
Wisata Memancing Di Pulau Penata Kalbar.
BalasHapushttps://www.youtube.com/watch?v=SI9Z8U0_x1A