Summer Camp Khatulistiwa - Pendakian Via Ferrata Gunung Kelam Sintang
misterpangalayo.com - Bumi Senentang Kabupaten Sintang (Kalimantan Barat) tidak pernah jemu berkemas untuk menata potensi-potensi pariwisata berkelanjutan. Mulai dari Wisata Rimba hingga Wisata Budaya yang tersebar diseluruh penjuru tanah Sintang. Salah satu destinasi wisata terkenal bahkan menjadi landmark Kota Sintang yaitu Bukit Kelam dengang ketinggian 1002 meter diatas permukaan laut. Batu monolit terbesar di dunia ini menyandang status Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Kelam yang dikembangkan dan dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar.
Summer Camp Khatulistiwa - Pendakian Via Feratta Gunung Kelam Sintang |
Perkumpulan Summer Camp Kalimantan Barat (IG: @SCKhatulistiwa) berkesempatan untuk mendaki Gunung Kelam selama 2H1M (13-14 April 2024). Total pendaki yang turut serta berjumlah 12 (dua belas) orang yang datang dari berbagai kabupaten/kota. Saya berangkat dari Kota Singkawang menuju Kota Sintang bersama pendaki asal Selakau Timur (tanggal 12 April 2024). Tepat jam 5 (lima) pagi, kami sudah menunggu Bus Jurusan Singkawang - Sintang dan membeli 2 tiket langsung ditempat. Bus berangkat pukul 6 (enam) pagi dengan rute Singkawang - Sui Pinyuh - Sanggau - Sintang dengan estimasi waktu perjalanan 12 (dua belas) jam.
Suasana Dalam Bus Jurusan Singkawang - Sintang (Bus Ekonomis) |
Pemberhentian Bus pertama di Sungai Pinyuh, semua penumpang turun untuk ngopi dan makan dengan estimasi waktu 30 (tiga puluh) menit. Setelah itu, bus pun lanjut berangkat menuju arah Anjungan - Ngabang. Sepanjang jalan, satu per satu penumpang tambahan (diluar tiket resmi) memadati space bus yang kami tumpangi sehingga menyebabkan udara menjadi gerah ditambah cuaca sedang terik. Jam berganti jam, akhirnya kami berada di pemberhentian kedua disalah satu rumah makan yang ada di daerah Sosok (Tayan Hulu, Sanggau).
SPBU Sekadau |
Setengah jam berlalu, bus kembali berangkat menuju ke arah Semuntai dan berhenti di SPBU Kota Sekadau untuk mengisi bahan bakar. Tepat jam 6 (enam) sore, kami sampai di Kota Sintang dan turun di kawasan Tugu Jam. Kami berdua pun order ojek online untuk menyusul salah satu teman yang sudah menunggu di CW Coffe sebrang Hotel My Home (2 jam lebih duluan sampai dari kami). Kami bertiga pun bersantai sejenak untuk melepas penat, setelah itu kami langsung menuju tempat menginap kami selama di Sintang di daerah Baning Kota (BTN Barjo). Pendaki yang lain masih diperjalanan (sampai tengah malam) dan sisanya langsung ketemu di meeting point / gerbang wisata.
Melepas penat setelah seharian diperjalanan - CW Coffee |
Summer Camp Khatulistiwa - Pendakian Via Feratta Gunung Kelam Sintang
Cuaca yang tidak bersahabat di pagi hari, hujan turun dengan lebat, tidak menyurutkan niat kami untuk mencari sarapan pagi. Setelah pulang dari sarapan, kami mencari cemilan untuk bekal selama pendakian. Sesampai di rumah, kami pun lanjut packing dan membersihkan badan. Tak lama, Aldi dan Anggih pun datang ke rumah dalam kondisi basah kuyup karena berangkat dari Sanggau ke Sintang mengendarai sepeda motor sehingga kehujanan dari Sekadau. Setelah semuanya beres, kami langsung berangkat menuju ke Gunung Kelam yang jaraknya sekitarnya 22 kilometer dengan estimasi waktu perjalanan 37 menit.
13 April 2024 - Mencari sarapan dan cemilan di pagi hari |
Dari kejauhan perlahan gerbang wisata mulai tampak, kami sudah ditunggu oleh 2 (dua) guide yang akan membawa kami sampai puncak. Sambil menunggu teman-teman pendaki yang lain berdatangan, kami pun mengisi perut karena udah waktunya untuk makan siang. Cuaca Sintang siang itu masih tidak bersahabat karena hujan deras kembali turun. Tepat pukul 1 siang, hujan pun berhenti dan kami diarahkan oleh abang guide untuk berfoto di gerbang wisata serta lanjut menuju basecamp (pondok pendaki) untuk briefing dan mengenakan peralatan khusus, seperti helm, tali pengaman, carabiner, dan tali. Abang Guide menambahkan bawa pendaki yang naik ke Puncak Kelam dibatasi per hari maksimal 15 (lima belas) orang.
Peserta Summer Camp #19 - Gunung Kelam 1002 mdpl |
For Your Information, Pendakian Gunung Kelam via Ferrata dibagi menjadi tiga segmen yaitu Segmen 1 (ketinggian 200 mdpl, estimasi 4.5 jam pulang pergi, harga paket IDR 75k/orang), Segmen 2 (ketinggian 700 mdpl, 2 hari 1 malam, harga paket IDR 150k/orang), dan Segmen 3 (puncak, 2 hari 1 malam, harga paket IDR 250k/orang). Harga paket sudah termasuk Jasa Pemandu, Tiket Masuk Kawasan, dan Peralatan Khusus Pendakian serta akses tidur di Shelter Puncak ( 2 Shelter dengan kapasitas 10 orang / shelter).
Informasi Harga Paket Resmi |
Dari basecamp (pondok pendaki) kami kembali melewati jalan setapak dan beberapa anak tangga berupa coran semen di antara rimbunnya pepohonan menuju Gerbang Awal Via Feratta. Hanya 5 (lima) menit dari Pondok Pendaki, kami sudah sampai di titik pertama via Feratta Gunung Kelam (Spidernet) berupa tangga dan sling baja yang dibentuk menjadi seperti jaring laba-laba. Satu per satu dari kami menambatkan carabinet pada Spidernet tersebut. Sampai diatas kami disambut dengan pintu gerbang yang menjadi jalan satu-satunya untuk keluar masuk jalur pendakian via feratta (tidak ada pendakian, gerbang akan digembok).
spider net |
Dari Gerbang Feratta, kami masih mengikuti anak tangga dan tidak membutuhkan waktu lama untuk tiba di kawasan Gua Kelelawar. Di area tersebut telah dibangun tempat peristirahatan berupa dek kayu yang bisa menampung hingga 12 pendaki kemudian disebut Selfie Deck. Sekitar setengah jam kami beristirahat disini sambil melihat-lihat pemandangan dan mengabadikan momen. Uniknya dari Gua Kelelawar terdapat lubang batu besar pada bagian atas batu besar goa tersebut.
Selfie Deck Gua Kelelawar |
Perjalanan pun berlanjut dengan mengikuti anak tangga dan pepohonan rimbun masih berjejer sepanjang jalur dan hingga akhirnya kami sampai di area Pos Batu Jengkol, area tersebut terdapat batu besar dan pohon jengkol. Kawasan ini menjadi spot favorit pendaki untuk melihat pemandangan dari ketinggian. Selain itu, tampak sebagian dinding tebing Gunung Kelam yang unik dengan guratan-guratannyan dimana sebagiannya teraliri oleh air memberikan pahatan-pahatan indah nan alami.
Jalur Ferrata Pertama |
Setelah berjalan kaki melewati Gua Kelelawar dan Pos Batu Jengkol, kami mulai mendaki via Ferrataa pertama yang tidak begitu panjang. Abang Guide kembali menjelaskan teknik mendaki dengan menggunakan alat dan menambatkannya. Pendaki satu per satu mengikuti pemandu dan sensasi pendakian via Ferrata bermula dari sini. Uniknya, jalur lintasan dibuat berkelok dan terkadang mengikuti alur tebing hingga membuat pendaki dapat melihat pemandangan menarik di sekitarnya.
Pondok Pendaki 1 - Antara Ferrata pertama dan Ferrata kedua |
Selesai melalui jalur pendakian menggunakan kabel atau kawat baja yang tertancap pada batu atau tebing. Kami kembali trekking selama 1.5 - 2 jam dengan medan yang sangat terjal dan menanjak hingga di ketinggian 490 mdpl. Dari sini, kami kembali ketemu jalur Ferrata kedua sehingga pendaki kembali berpegang dan menapaki baja-baja tersebut satu per satu, dengan mengaitkan tali baja pengaman yang berada di sisi sebelah kanan pendaki pada tebing dengan kemiringan 15-40 derajat. Jalur baja tersebut tidak hanya berbaris secara vertikal, namun juga pada bagian tebing tertentu tersusun berbanjar secara horizontal.
Pendakian via Ferrata kedua |
Saat cuaca cerah, pendaki akan berhadapan dengan terik matahari yang membuat baja serta tebing menjadi terasa panas ketika dipegang. Sebaliknya saat cuaca hujan, pendaki akan menghadapi tantangan baja dan tebing yang menjadi cukup licin. Setelah melalui ferrata kedua, kami kembali trekking untuk sampai feratta ketiga sekaligus terakhir dan terpanjang serta extreme dari jalur sebelumnnya. Ketegangan menapaki baja-baja yang tertancap semakin menjadi ketika ditambah dengan terpaan angin yang tak kadang berhembus cukup kencang. Sensasi dan adrenalin yang kami rasakan pun semakin meningkat. Karena panjang, ada dua shelter sengaja dibangun di sepanjang lintasan untuk beristirahat.
Jalur Ferrata ketiga |
Sebagai jalur ferrata terakhir, jalur tersebut terdapat tempat baja terakhir tertancap menjadi tanda bagian akhir dari sesi panjat tebing dan kawasan tersebut bernama Segmen 2. Biasanya Pendaki segmen 2 akan mendirikan tenda di tanah datar yang terletak beberapa meter setelah baja terakhir yang tertancap di ujung tebing. Kami beristirahat di segmen 2 untuk menikmati berubahnya warna langit dari biru menjadi jingga. Disini kami juga dapat melihat panorama desa dan perekebunan di sekitar kaki Gunung Kelam.
Segmen 2 |
Begitu matahari perlahan kembali ke peraduan, kami lanjut mendaki dari segmen 2 menuju segmen 3 dengan melewati lebatnya hutan dengan jalur sedikit becek sepanjang jalur karena hujan beberapa hari belakangan. Pakaian dan peralatan khusus mendaki seperti baju/jaket lengan panjang, celana panjang, sepatu dengan outsole karet antislip, lampu kepala (headlamp), tongkat hiking dan mantel/jas hujan sangat diperlukan terutama karena kontur tanah berbatu yang licin dan batang pohon berduri yang berpotensi menimbulkan luka saat terjatuh.
Bersantai di depan Pondok |
Pondok Pendaki di Puncak Kelam |
Keesokan harinya, rasa lelah badan benar-benar terasa menghilang karena pagi hari terdapat lautan awan yang menawan. Kami semua bersantai di depan pondok pendaki yang curam dan menghadap tebing curam. Menikmati pemandangan indah sambil sarapan pagi dengan ditemani secangkir kopi guna menghangatkan badan karena udara begitu sejuk dan segar khas pegunungan yang jarang didapatkan di tengah kota Sintang.
Makan terus foto ku
BalasHapus